REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Media sosial telah melahirkan sosok-sosok terkenal yang populer disebut seleb medsos atau influencer. Orang-orang yang berpredikat seleb medsos ini tak ayal menarik perhatian dunia bisnis untuk menggaet mereka demi menjadi agen promosi sebuah produk.
Ulasan produk berbasis pengalaman yang diungkapkan oleh para seleb medsos lazim dikenal dengan istilah endorse. Namun saat ini, banyak influencer penerima endorse yang memberikan ulasan berdasarkan permintaan pengendorse dan bukan atas pengalaman pribadi yang sebenarnya. Bagaimana tanggapan para influencer melihat fenomena ini?
Bagi Kiara Leswara yang sehari-hari dikenal sebagai YouTuber, ulasan yang baik terhadap suatu produk pastinya adalah ulasan yang jujur. Maksudnya, konten ulasan itu memang dibuat dari hati influencer.
"Aku punya kebijakan pribadi untuk menerima endorse. Aku hanya mengambil barang-barang yang asli dan sesuai dengan gaya hidupku," tutur wanita yang dikenal sebagai YouTuber hijab ini.
Baca: Bagaimana Kiat YouTuber Meracik Konten yang Menarik?
Menurutnya, ia akan menolak jika ditawari produk yang tidak asli terutama produk kosmetik. Dengan pengikut di YouTube berjumlah lebih dari 228 ribu, Kiara merasa punya tanggung jawab moral untuk tidak menjerumuskan para pengikutnya. "Lagipula mereka subscribe aku karena ingin melihat konten dan bukan melihatku berpromosi," imbuhnya.
Di sisi lain, YouTuber Harfrida Vindy Agustie memandang setiap influencer pasti punya standar masing-masing untuk 'membagus-baguskan' sebuah produk. Pemilik saluran Ini Vindy tersebut lebih memilih cara kreatif untuk mempromosikan sebuah produk. "Selain membuat tutorial produk, kita buat konten yang bukan tutorial. Kadang membuat film pendek dan memasukkan produk di dalamnya, ada unsur komedi juga. Aku juga pernah membuat konten tebak harga make-up," jelas wanita yang punya 391 ribu subscriber ini.
Baca: Kata Kunci 'Hijab' Ciptakan Tren Baru di Google dan Youtube
Vindy menuturkan sejatinya dia bukan influencer yang suka mencari cacat produk. Karena, dasar pembelajarannya dalam menggunakan make-up dan hijab juga bermula dari produk yang murah dan terbatas. Oleh karena itu, dalam mengulas kekurangan sebuah produk ia cenderung memberikan tips menyiasati kekurangan tersebut.
"Kadang semua itu masalah selera, kita ngomong jelek bukan berarti orang lain bilang produk tadi jelek. Biasanya kalau memang ada kekurangan, maka saya akan menjelaskan cara menyiasatinya. Misal hijabnya kaku, saya akan bilang jilbab itu kurang bisa dimodifikasi. Maka saya berikan alternatif gaya yang cocok untuk hijab yang kaku," ungkap Vindy.