REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gerhana bulan total terlama abad ini akan terlihat dari hampir seluruh belahan dunia pada Jumat dan Sabtu (27/7-28/7). Pencinta benda langit di Indonesia juga bisa melihat gerhana yang berlangsung satu jam 43 menit 35 detik tersebut pada Sabtu dini hari WIB.
Jika cuaca cukup cerah, gerhana dapat diamati dengan mata telanjang tanpa teleskop atau filter apapun. Sebelum menikmatinya, simak sederet fakta menarik di balik pemandangan selestial yang indah itu, mulai dari aspek historis sampai penjelasan sains.
Baca: Waspadai Efek Gelombang dan Pasang Saat Gerhana
Penampakan gerhana bulan, Super Blue Blood Moon
Penjelasan bulan merah
Gerhana bulan total terjadi ketika matahari, Bumi, dan bulan berada pada satu garis lurus. Bulan akan tampak berwarna merah ketika sepenuhnya berada dalam bayangan Bumi sehingga kerap dijuluki blood moon.
Warna merah itu terjadi karena sinar matahari dibelokkan melalui atmosfer Bumi yang disebut dengan proses refraksi. Semakin jelas atmosfer Bumi, tingkat kemerahan warna bulan akan semakin terang.
Terjadi ratusan kali
Menurut badan antariksa AS (NASA), terdapat 230 gerhana bulan selama abad ke-21 dan 85 di antaranya adalah gerhana bulan total. Gerhana mendatang akan menjadi gerhana bulan total ke-17 abad ini, disusul fenomena serupa pada 21 Januari 2019.
Warga berpose dengan latar gerhana bulan
Misteri yang belum terjawab
Pada saat gerhana berlangsung, cahaya dan panas matahari menghilang beberapa menit dari permukaan bulan. Perubahan suhu yang tiba-tiba itu dapat menyebabkan batu bulan retak dan memicu pelepasan gas yang membantu memasok atmosfer tipis bulan.
Gerhana bulan total pun masih menyisakan misteri yang belum dapat dijelaskan. Ketika para astronom mengambil gambar panas dari bulan yang mengalami gerhana total, terlihat titik-titik panas yang belum diketahui dari mana asalnya.
Menyelamatkan Christopher Columbus
Dalam ekspedisi keempatnya di bulan Juni 1503, penjelajah Columbus terkena badai sehingga kapalnya terdampar di Jamaika. Dia dan kru bertahan sampai Februari tahun berikutnya tetapi hubungan mereka dengan penduduk asli mulai memburuk.
Agar dapat terus menerima makanan dan keramahtamahan dari penduduk setempat, Columbus mencari akal dan membuka almanak astronominya. Dia melihat jadwal gerhana bulan total terjadi pada malam 29 Februari 1504, menjadikan itu sebagai 'penyelamat'.
Columbus memberi tahu warga bahwa dewanya murka dengan sikap mereka kepada Columbus, yang akan terproyeksikan pada bulan. Menurut cerita, ketika bulan darah muncul, penduduk panik dan memberi Columbus semua hal yang dia inginkan, dikutip dari laman The Guardian.