Selasa 07 Aug 2018 10:48 WIB

Istri Ernest Belajar Melawan Body Shaming

Meira belajar lebih mencintai dirinya ketimbang memikirkan omongan negatif.

Rep: MGROL 106/ Red: Indira Rezkisari
Meira Anastasia.
Foto: MGROL 106
Meira Anastasia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mencintai diri sendiri tidak mudah. Mendapat olokan membuat seseorang merasa tidak nyaman, menghambat proses melihat diri sendiri secara positif.

Seorang figur publik sekalipun yang biasa mendapat komentar negatif, khususnya di dunia maya, tetap akan mengalami perasaan negatif tentang dirinya setelah menjadi korban body shaming. Seperti dialami istri Ernest Prakasa, Meira Anastasia.

"Paling sering orang-orang komentar soal rambut. Ada lagi yang komentar soal alis. Tanya kenapa aku nggak sulam alis," kata Meira di acara #SharingMamakMeira di Kinokuniya, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu

Meira mengatakan bahwa waktu pertama kali dirinya dihujat, ia sangat merasa tidak percaya diri dengan dirinya sendiri. Ia juga tidak tahu harus berbuat apa. Namun karena sekarang ia sudah mengetahui dirinya sendiri, ia tidak terlalu cemas dengan sindiran warganet.

"Aku cuma mengunggah foto, nggak menyakitkan orang lain. Masih saja ada yang komen 'ih, kok gendutan'. Memangnya kenapa sih? Aku salah apa gitu?" tanya Meira.

Ia mengerti komentar miring sering terjadi di media sosial. Namun bukan berarti boleh dilakukan.

Baca juga: Mom Shaming, Benarkah Ibu-Ibu tidak Juga Dewasa?

Meira mengatakan, mungkin maksud orang-orang tertentu hanya ingin berbicara basa-basi. Tetapi obrolan yang menyangkut pribadi dan emosional orang lain seharusnya tidak dijadikan topik. Ia mengatakan bahwa ranah komunikasi yang mereka lakukan bukanlah antara seseorang yang sudah mengenal lama dan dekat.

Body shaming merupakan isu sosial, bukanlah hanya dialami oleh perempuan. Laki-laki juga dapat mengalami hal tersebut. Ernest merupakan salah satu dari sekian banyak laki-laki yang pernah merasakan body shaming.

"Body shaming buat aku sih paling nggak jauh-jauh dari mata. Cuma karena aku komedian, diajarkan menjadikan kekurangan menjadi bahan tertawaan,"  kata Ernest.

Ernest juga menambahkan kalau di saat seseorang menertawakan kekurangannya dengan orang lain, itu menjadi semacam terapi untuk mereka. Meira juga berpendapat bahwa seseorang harus lebih fokus pada diri sendiri dan tidak memikirkan orang lain.

Dibenci oleh beberapa warganet bukannya membuat Meira semakin sedih. Ia berkata bahwa pengalaman yang ia dapatkan malah membuat dirinya termotivasi. Selain memicu semangatnya untuk belajar mencintai diri sendiri, tetapi juga untuk menulis buku.

Buku Meira yang berjudul "Imperfect" yang dipublikasi pada Mei 2018 baru saja memasuki cetakan keempat. Buku yang berisikan pengalaman Meira mengalami body shaming mendapatkan reaksi positif dari masyarakat.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement