Kamis 30 Aug 2018 04:01 WIB

Alasan Ilmiah di Balik Fenomena Kalap Belanja

Cara-cara menarik perhatian pelanggan untuk membeli produk lain diakui pelaku usaha.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Indira Rezkisari
Belanja di supermarket
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Belanja di supermarket

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebanyakan orang yang pernah menginjakkan kaki di dalam supermarket atau minimarket berencana membeli sesuatu yang spesifik. Namun, ternyata, ketika keluar justru barang yang dibeli lebih banyak dari yang direncanakan.

Fenomena ini telah diketahui oleh sebagian orang sebagai "Efek Target" atau hasil dari pergi ke toko, berniat untuk membeli beberapa baran, dan pergi dengan lebih banyak lagi. Kata Taget sendiri diambil dari nama toko serba ada yang berasal dari Amerika Serikat.

Laporan Refinery29 menyatakan, fenomena ini bukan hanya istilah slang atau tagar Instagram. Para ahli mengonfirmasi ada alasan ilmiah di balik pembelian impulsif saat berada di toko serba ada.

Profesor pemasaran di New York University Tom Meyvis mengatakan, toko serba ada seperti Walmart dan Target memiliki inventaris yang sangat besar. Mereka dapat menempatkan produk secara strategis untuk mengelabui otak manusia untuk membuat asosiasi lintas-kategori.

"Toko memiliki ide tentang jalan [pembeli]. Walmart pernah terkenal melakukan hal-hal seperti menempatkan seperti plester di samping kait memancing dan hal-hal seperti itu. Sesuatu yang tidak secara alami Anda kaitkan, namun begitu Anda melihatnya di sana, itu masuk akal," ujar Meyvis, dikutip dari People.

Baca juga: Bambang Pamungkas tidak Mau Repot Urusan Belanja

Psikolog yang berbasis di Kentucky Dr Kevin Chapman mengatakan, alasan lain swalayan atau toko serba ada lainnya secara khusus dapat membuat orang mengeluarkan dompet mereka dan mengambil lebih banyak produk daripada yang mereka butuhkan. Mereka terhipnotis dengan estetika dan gaya desain toko yang bahagia.

Chapman juga menjelaskan, cara lain yang digunakan dengan menawarkan produk diskon dan biasanya ditempatkan di depan toko dekat kasir. Gagasan pelanggan dapat terpikat untuk membuang beberapa barang di keranjang di waktu terakhir, meskipun sebenarnya tidak membutuhkannya.

Strategi pemasaran itu bernama "Harga Psikologis". Cara ini pun menjadi praktik umum bagi toko serba ada saat ini, terutama permainan harga yang tidak genap, seperti Rp 2.999 ketimbang langsung menulis Rp 3.000.

Cara-cara menarik perhatian pelanggan untuk membeli produk lain diakui pelaku usaha. Wakil Presiden Desain Toko Target Joe Perdew mengatakan, mereka memahami pelanggan mereka pergi ke Target untuk sebuah pengalaman. Sekaligus menikmati mengambil kopi dengan berjalan memperhatikan sepanjang lorong. "Anggapan 'Aku datang untuk sampo dan pulang dengan dua gerobak penuh' fenomena hal-hal lain adalah nyata!" ujar Perdew.

Meyvis menambahkan, taktik yang digunakan oleh Target dan banyak merek besar lainnya tidak selalu dianggap sebagai trik. Pembelian sering membawa sukacita berbelanja daripada rasa bersalah.

“Pembelian yang tidak terencana ini seringkali hal-hal yang kami sukai dan yang kami inginkan. Kami hanya tidak memikirkan mereka," kata Meyvis.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement