REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berjalan adalah aktivitas yang tidak perlu menggunakan aktifitas otak untuk mengkontrolnya. Sejak kecil kita sudah belajar bagaimana menggerakkan kaki kita.
Kita berjalan ke mana saja tanpa perlu memikirkan hal lain. Tampaknya hanya ketika kita sakit, terluka, atau kelelahan, kita mulai merasakan usaha mengangkat setiap kaki untuk setiap langkah, usaha mengayunkan anggota badan kita untuk menciptakan momentum ke depan.
Berjalan adalah tugas yang secara harfiah memfasilitasi akses kita ke semua bidang kehidupan yang lain. Namun sayang, orang-orang bergerak dalam cara yang sangat berbeda cepat atau lambat, dalam garis lurus atau pola berkelok-kelok, dengan gerakan yang ceria di tangga atau dengan sikap yang anggun.
Dan ternyata cara kita berjalan menunjukkan bagaimana kita berperilaku dengan kata lain mencerminkan diri kita. Untuk memahami hal itu para peneliti mempelajari cara 1.700 orang berjalan ke dan atau dari toko, mal, dan atraksi lain dan menganalisis sejarah studi masa lalu tentang topik ini di beberapa negara.
Banyak orang tidak berjalan sesuai dengan apa yang secara fisiologis paling efisien bagi mereka. Sebaliknya, cara orang berjalan mencerminkan berbagai aspek budaya dan identitas mereka. Berjalan sendiri atau bersama orang lain ternyata memengaruhi kecepatan dan gaya Anda.
Sebagai contoh pria Amerika berjalan lebih cepat dari biasanya ketika berjalan dengan pria lain, tetapi mereka berjalan lebih lambat ketika berjalan dengan wanita. Orang Uganda berjalan cepat ketika sendirian tetapi lebih santai ketika bersama orang lain. Sebaliknya orang Amerika mempercepat ketika berada di sekitar orang lain. Khususnya, menggendong anak-anak membuat orang Amerika mempercepat langkah mereka, mereka pindah ke 20 persen lebih cepat dengan yang ada di belakangnya.
Sementara para peneliti hanya mengamati para pejalan kaki dan tidak mewawancarai mereka, mereka berhipotesis tentang mengapa tren akan terlihat berbeda untuk orang-orang di berbagai usia, budaya, dan jumlah perusahaan.
“Tampaknya masuk akal bahwa orang-orang di Uganda menggunakan waktu mereka ketika mereka berjalan dalam kelompok untuk bersosialisasi dan terikat,” kata Cara Wall-Scheffler, Ph.D., seorang profesor Universitas Seattle Pasifik dan salah satu penulis studi itu, mengatakan kepada New York Times.
Dr. Wall-Scheffler mengatakan alasan utama dari studi ini adalah untuk memahami bahwa fungsi tubuh yang paling sederhana pun sebenarnya tidak sesederhana itu. Mereka dipengaruhi oleh lingkungan kita dan oleh disposisi pribadi kita sendiri, yang dibentuk oleh faktor psikologis atau faktor sosial.
Pertimbangkan untuk mencoba latihan mengontrol pikiran saat Anda berjalan-jalan, entah itu berjalan-jalan yang jarang di taman atau jalan yang Anda lalui dari mobil ke kursi kantor setiap pagi. Perhatikan kecepatan Anda, ritme Anda, dan sikap Anda. Bagian-bagian apa dari identitas Anda yang memberi keterangan ke dalam cara Anda tanpa sadar memilih untuk bergerak di dunia?