REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Buku karya penyair Indonesi, Sastri Bakry berjudul Truth Without Fear & The Sky Leader dibedah dan direview oleh Associate Professor Rebecca di Deakin University, Melbourne, Australia, Rabu (26/9).
Acara yang bertajuk Sastri Bakry’s Poetry in the Conted of Indonesian Literature itu juga mengundang Sastri Bakry sebagai bintang tamu.
Siaran pers yang diterima Republika.co.id, Kamis (27/9) menyebutkan, dalam kesempatan tersebut, Rebecca memaparkan sejarah syair/puisi di Indonesia sejak zaman Balai Pustaka dari pantun hingga puisi dan penyair modern seperti Chairil Anwar hingga membahas karya Sastri Bakry, seorang penyair, birokrat dan aktivis dari Minangkabau.
Menariknya, Rebecca juga menguasai makna karya dan latar belakang kultur Minangkabau yang muncul dalam setiap puisi Sastri Bakry meski puisinya mengungkap tentang protes terhadap ketidakadilan, tentang cinta, tentang korupsi dan lain-lain.
Ia juga memberikan beberapa contoh terjemahan versi Narudin dalam Truth without Fear maupun terjemahan Darman Moenir dalam The Sky Leader dengan terjemahannya sendiri antara lain Kapas- Kapas Putih, Kebenaran tanpa Rasa Takut, Kuraitaji dan Aku.
Sastri Bakry, seorang penyair asal Minangkabau, Sumatera Barat, telah menghasilkan banyak karya sastra berupa novel dan puisi. Rebecca cukup banyak bicara tentang latar belakang Sastri yang kental darah Minangnya. Sehingga ia banyak memaknai karya dalam perspektif kultur Minangkabau.
Diskusi akademik yang diselenggarakan oleh Prof Ismet Fanany dosen Sastra di Deakin University ini dihadiri puluhan orang dari berbagai bangsa dan negara antara lain Indonesia, Spanyol dan Australia. Diskusi berjalan cukup hangat dan mencerahkan. Tampak hadir Dr Burmalis Ilyas, MA, Msi, direktur Minang Diaspora Net Work Global dan pimpinan Kajian Sastra Univ Deakin.