Jumat 09 Nov 2018 04:55 WIB

Cina Gempar Gara-Gara 6.000 Lagu Karaoke Hilang

Melarang lagu populer dari tempat karaoke menimbulkan reaksi keras di media sosial.

Red: Ani Nursalikah
Warga Cina bernyanyi karaoke.
Foto: Reuters/Nir Elias
Warga Cina bernyanyi karaoke.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemerintah Cina melarang lebih dari 6.000 lagu karaoke. Langkah ini menyebabkan kegemparan di media sosial di kalangan penggemar karaoke negara itu.

Poin utama

• Asosiasi hak cipta mengatakan larangan tersebut akan membantu mempromosikan lebih banyak "video musik yang sah".

• Sebanyak 30 ribu-50 ribu lagu ditawarkan di tempat-tempat karaoke di seluruh Cina

• Beberapa pecinta karaoke di media sosial mengatakan langkah itu adalah bagian dari meningkatnya sensor Cina

Bisnis karaoke KTV diperintahkan oleh Asosiasi Hak Cipta Audio-Video Cina (CAVCA) yang disponsori pemerintah untuk menghapus lagu-lagu tersebut pada 31 Oktober. Langkah tersebut diklaim badan itu sebagai tindakan keras terhadap pelanggaran hak cipta.

Sebanyak 6.609 lagu terdaftar yang dilarang mencakup banyak judul dari artis populer Hong Kong dan Taiwan seperti Eason Chan, GEM dan A-Mei. Banyak dari lagu-lagu yang terdaftar awalnya berasal dari 1990-an dan awal 2000-an, dan merupakan versi gubahan atau alternatif yang CAVCA anggap melanggar undang-undang hak cipta.

Menurut pernyataan dari CAVCA - yang mengelola konten audio-visual di Cina, dengan persetujuan Administrasi Hak Cipta Nasional China (NCAC), badan tersebut telah menangani ribuan kasus dugaan pelanggaran hak cipta untuk bisnis yang terdaftar sebagai tempat karaoke tahun lalu.

Badan tersebut mengatakan larangan itu dibuat untuk mengurangi risiko hukum dari tempat-tempat yang dilisensikan oleh asosiasi mereka. Selain itu, mempromosikan penyebaran luas video musik yang sah di tempat-tempat karaoke.

Pernyataan itu menambahkan jika sebuah tempat karaoke terus menyediakan lagu terlarang, pemilik akan menanggung konsekuensi hukum dari keputusan mereka jika pemegang hak cipta memutuskan untuk melakukan tindakan. Namun, sementara CAVCA mengklaim larangan tersebut semata-mata tentang pelanggaran hak cipta, beberapa artis yang terdaftar memegang hak cipta atas karya mereka.

Hal ini memicu pengguna media sosial untuk menyimpulkan beberapa lagu mungkin telah menjadi korban dari perluasan sensor Beijing. Seorang pengguna Weibo mempertanyakan apakah CAVCA adalah asosiasi musik atau mafia. Pihak lain menyatakan di masa depan pecinta karaoke hanya akan dapat menyanyikan lagu-lagu patriotik seperti "Love My China" (Mencintai Cina-ku) atau "Forever Follow the Party" (Selamanya Setia kepada Partai).

Ungkapan kekesalan

photo
Klub KTV sangat populer di antara seluruh kalangan usia di Cina. (Reuters/Nir Elias)

KTV sangat populer di Cina dan, menurut harian South China Morning Post, sebagian besar penyedia jasa itu menawarkan antara 30 ribu hingga 50 ribu lagu. Akibatnya, melarang sejumlah besar lagu populer dari tempat-tempat KTV menimbulkan reaksi keras di media sosial dari penggemar karaoke. Lebih dari 360 juta orang membaca ceritanya di Sina Weibo.

"Ini adalah lagu yang paling banyak diminta setiap kali saya pergi ke KTV dalam satu dekade terakhir," unggah pengguna Weibo, Feng Shaonian.

Pengguna lain, terkejut dengan hilangnya lagu 90-an dan 2000-an, mengatakan larangan itu berarti "Generasi Y sekarang tak bisa pergi ke KTV".

photo
Klub KTV adalah salah satu hiburan malam yang paling populer untuk kaum muda Cina. (Reuters/Nir Elias)

Yang lain bercanda mereka akan terus menyanyikan lagu-lagu favorit mereka, bahkan tanpa lagu pendukung. "Lebih dari 6.000 lagu dilarang dari KTV, karena itu saya akan menyanyi secara acapella di tempat-tempat KTV di masa mendatang," kata pengguna Weibo, Laogaodianshangquanzi.

Namun di antara mereka yang terkejut, ada beberapa yang melihat langkah itu sebagai langkah penting dalam meningkatkan perlindungan hak cipta di Cina. "Perlindungan hak cipta sedang tren sekarang ini. Hak cipta musisi harus dilindungi," kata pengguna Weibo, Feng Qingyang.

Satu pengguna mengatakan langkah itu tidak dirancang untuk menyerang konsumen. "Hal itu jelas menargetkan industri KTV dan jika Anda tak bisa menyanyikan lagu-lagu itu di KTV, Anda masih bisa menyanyikannya di rumah, itu lebih murah.

Reputasi Cina

CAVCA sebelumnya memiliki masalah dengan penyensoran. Langkah pertamanya setelah didirikan pada 2006 adalah memperketat industri karaoke dengan menghapus lagu yang dianggap "tidak sehat" atau kontroversial dari daftar putar yang diizinkan.

Salah satu artis yang dilarang, A-Mei - yang sering disebut sebagai "Madonna dari Taiwan" - sebelumnya menghadapi penyensoran pada 2000 ketika ia dilarang tampil di Cina setelah menyanyikan lagu kebangsaan Taiwan pada upacara pelantikan Presiden Chen Shui- bian.

Cina yang telah memiliki reputasi sebagai tempat berlindung bagi pembajakan konten karena undang-undang yang longgar dan usang, semakin berupaya memperketat pembatasan hak ciptanya. Menurut harian South China Morning Post, ada 14 kampanye pemerintah untuk memerangi pembajakan sejak 2005, .

Langkah terbaru ini muncul setelah pelarangan konten daring bajakan bulan lalu, dengan kampanye pemerintah terbaru menyebut bahwa Internet Sword 2018 dirancang untuk fokus pada 3.000 situs yang diyakini melanggar undang-undang hak cipta.

Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement