Senin 12 Nov 2018 17:14 WIB

Masyarakat Indonesia Masih Belum Bijak Gunakan Plastik

Sedotan merupakan salah satu penyumbang sampah plastik terbesar.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Indira Rezkisari
Sejumlah sampah plastik tersangkut di akar pohon yang terdapat pada aliran Sungai Ciliwung di kawasan Kebon Baru, Tebet, Jakarta, Jumat (7/9).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah sampah plastik tersangkut di akar pohon yang terdapat pada aliran Sungai Ciliwung di kawasan Kebon Baru, Tebet, Jakarta, Jumat (7/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat Indonesia masih dinilai tidak peduli dengan pengelolaan sampah. Direktur Pengelolaan Sampah, Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Sampah dan Bahan Berbahaya dan Beracun, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia Novrizal Tahar mengatakan, kondisi tersebut telah dibuktikan dengan hasil survei yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada September tahun ini.

Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional Modul Ketahanan Sosial 2017 (Susenas Modul Hansos 2017) mengungkapkan Indeks Perilaku Ketidakpedulian Lingkungan Hidup (IPKLH) terhadap sampah merupakan yang terbesar dengan 35,53 persen. Angka tersebut paling tinggi dibandingkan dengan ketidakpeduliaan terhadap transportasi pribadi sebesar 34,93 persen, penghematan air sebesar 21,68 persen, dan pengelolaan energi 7,86 persen.

Baca Juga

"Salah satu penyumbang sampah ini dalam jenis plastik sekali pakai, termasuk sedotan," ujar  Novrizal dalam acara "McDonald's Indonesia Inisiasikan Gerakan #Mulaitanpasedotan", Senin (12/11).

Novrizal menjelaskan, setiap hari terdapat 93 juta sedotan digunakan, kemudian dibuang menjadi sampah. Hal ini sangat berpengaruh besar untuk kondisi lingkungan. Karena, plastik akan sulit terurai dan terbawa ke lautan.