REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Untuk kedua kalinya Festival Sastra Bengkulu (FSB) digelar. FSB 2019 akan digelar pada 13-15 September 2019 di Bengkulu. Jika pada FSB 2018 lebih fokus dengan menghadirkan para penyair, kali ini festival meluaskan peserta dengan menghadirkan para penulis sastra dari berbagai bidang seperti penyair, cerpenis, novelis, dan esais.
Kegiatan ini diberi tajuk Bengkulu Writers Festival (BWF). “Pendaftaran peserta sudah kami buka sejak awal Juli dan sudah puluhan orang mengirim karya,” kata Ketua FSB – BWF, Willy Ana, di Jakarta, Ahad (14/7). Siaran pers Panitia FSB-BWF yang diterima Republika.co.id, Senin (15/7) menyebutkan, pengumuman pendaftaran peserta dan pengiriman karya bisa disimak di blog resmi FSB-BWF di www.sastrabengkulu.xyz.
FSB-BWF 2019 mengetengahkan tema “Sastra, Anak Muda, dan Tradisi”. Tema itu dipilih untuk memberi ruang seluas-luasnya kepada anak muda untuk menulis dan mengapresiasi sastra. Tema itu juga memperkuat pesan agar anak muda tidak melupakan tradisi dan budayanya. “Maka itu, karya sastra, anak muda dan tradisi adalah hal tak terpisahkan,” ujar Iwan Kurniawan, putra Bengkulu yang menjadi kurator sekaligus panitia pengarah acara ini.
Ana menyebutkan, kegiatan ini dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama ditujukan untuk peserta sastrawan dan penulis nasional dan luar negeri. Panitia mengundang penulis dengan proses kurasi.
Para penulis dan sastrawan disyaratkan mengirim karya kepada panitia, lalu karya-karya itu akan diseleksi oleh tim kurator yang terdiri dari para sastrawan nasional yakni Kurnia Effendi, Iyut Fitra, dan Iwan Kurniawan. “Dari sana panitia akan memilih 50 penulis dengan karya terbaik untuk mengikuti festival,” ujar Ana, penulis sastra asal Kedurang, Bengkulu Selatan.
Kelompok kedua ditujukan bagi para para pelajar dan mahasiswa Bengkulu yang berusia maksimal 25 tahun. “Penulis muda, mahasiswa dan pelajar kami persilakan untuk mendaftar dengan membaca informasi di blog resmi FSB,” kata Ana. Penjaringan penulis muda itu akan dilakukan oleh kurator nasional, antara lain, Ahmadun Yosi Herfanda.
Iyut Fitra, salah satu kurator acara ini, mengatakan kurasi akan dilakukan dengan ketat. Sebab, mereka dihadapkan pada kuota peserta yang terbatas. “Dengan kuota peserta yang terbatas, yakni 50 orang dari dalam dan luar negeri, maka proses kurasi akan berjalan ketat. Semoga 50 karya terpilih tersebut adalah karya-karya terbaik tahun ini,” ujar Iyut, penyair nasional yang telah menerbitkan sejumlah buku puisi.
Festival Sastra Bengkulu pertama pada 2018 dianggap sukses oleh berbagai pihak. Para sastrawan yang hadir ke Bengkulu pada FSB 2018 memberi apresiasi, bukan hanya kepada panitia, juga kepada Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah beserta jajarannya di Pemerintah Provinsi Bengkulu, yang memberi dukungan maksimal kegiatan itu.
Peserta juga memberi apresiasi kepada Bupati Kepahiyang Hidayatullah Sahid, yang menjadi tuan rumah penutupan FSB 2018. “Kami berharap Bapak Gubernur dan jajarannya serta semua pihak di Bengkulu kembali memberi dukungan dan membantu kesuksesan FSB 2019,” kata Willy Ana.
Sastrawan Kurnia Effendi menambahkan, “Festival Sastra Bengkulu sekali melangkah tak surut ke hulu. Literasi di tanah sejarah pendiri Republik ini selayaknya terus digali,” ujar Kurnia. “Tahun ini kita hendak menggelorakan potensi penulis muda Bengkulu. Ayo ke Bengkulu,” kata Kurnia yang belum lama ini mengikuti residensi sastrawan di Belanda.