REPUBLIKA.CO.ID, REYKJAVIK -- Islandia menduduki puncak sebagai negara termahal di benua Eropa. Melihat tagihan hotel atau makan siang akan membuat turis berpikir sebagian besar harganya lebih mahal daripada tempat lain di Eropa.
Di pulau subartic, harga konsumen rata-rata 56 persen lebih tinggi daripada seluruh Eropa pada 2018. Menurut data Eurostat, jumlah tersebut menjadikan Islandia menjadi satu-satunya termahal. Negara termahal kedua adalah Swiss (52 persen) disusul Norwegia (48 persen) dan Denmark (38 persen).
Untuk menghindari kejutan yang tidak menyenangkan, seorang turis bernama Quint Johnson mengatakan dia telah melakukan beberapa observasi sebelum melakukan perjalanan ke Islandia. Dari Amerika Serikat, ia berlibur ke Islandia selama satu pekan bersama keluarganya.
“Tapi itu sedikit mengejutkan,” kata pria berusia 22 tahun itu dilansir Malay Mail, Senin (22/7). Ia terkejut setelah menemukan harga hamburger sederhana dengan kentang goreng dan bir.
Sekilas menu di restoran Islandia seperti pizza keju polos dibanderol 17 euro (Rp 266.177), segelas anggur akan setara setidaknya 10 euro (Rp 156.575), dan setengah liter bir harganya sekitar tujuh euro (Rp 109.602).
Saat di rumah, Johnson bisa mendapatkan burger, kentang goreng, dan bir seharga 12 dolar Amerikat Serikat (AS) (Rp 167.520) sampai 13 dolar AS (Rp 181.480). Totalnya seharga 20 dolar AS (Rp 279.200).
Menurut situs perbandingan harga konsumen Numbeo, makan malam untuk dua orang di restoran rata-rata mencapai sekitar 85 euro (Rp 1.330.887) dengan sebotol anggur dibanderol 17 euro (Rp 266.177). Selusin telur berharga hingga lima euro (Rp 78.287).
Populasi kecil di Islandia hanya sekitar 355 ribu jiwa. Kondisi ini ditambah dengan ketergantungan tinggi pada barang-barang impor dan pajak tinggi pada alkohol menjelaskan alasan harga menjadi terlalu mahal di Islandia.
“Islandia sangat kecil. Jadi sangat sulit untuk mendapatkan skala ekonomi yang sama seperti yang Anda miliki dengan perusahaan di negara-negara yang 200 kali lebih besar,” kata kepala ekonom di Kamar Dagang Islandia, Konrad Gudjonsson.
Dalam hal ini regulasi juga berperan. Produk impor seperti telur mentah atau susu yang tidak dipasteurisasi menghadapi hambatan bea cukai yang signifikan. Fluktuasi besar dalam mata uang Krona Islandia pada 2016-2017 juga telah menyebabkan kenaikan harga secara umum.
Gudjonsson menunjukkan ada hubungan yang kuat antara seberapa mahal negara dan standar hidup, serta rata-rata penduduk Islandia melakukannya dengan baik untuk diri sendiri. Menurut Statistik Islandia, upah bulanan rata-rata untuk seseorang yang bekerja penuh waktu adalah setara 4.450 euro (Rp 69.675.875) pada 2018.
“Kita harus memperhitungkan tingkat upah di Islandia. Di sini, kami memiliki salah satu upah rata-rata tertinggi di Eropa,” kata ketua Asosiasi Konsumen Islandia, Breki Karlsson.