REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Teater kurang populer di kalangan milenial karena dianggap identik dengan generasi tua dan kuno. Hal ini disebabkan cerita yang monoton. Gaya bahasa yang digunakan pun kental dengan gaya sastra yang cenderung awam di telinga milenial.
Hal ini diakui Ingrid Saidbun, co-produser dan founder Komunitas Teater Spotlight. Menurutnya, harus ada perubahan yang dilakukan agar teater bisa digemari oleh generasi milenial. Meski begitu budaya khas nusantara tak boleh dihilangkan.
"Teater identik dengan tontonannya orang tua. Makanya dibentuk wadah komunitas teater untuk semua kalangan. Tapi dikhususkan untuk milenial. Mayoritas usia 17-27 tahun," ujarnya belum lama ini.
Ingrid menambahkan pendekatan paling mudah yang dilakukan ke milenial adalah melalui media sosial. Selain itu, teater bisa diperkenalkan sebagai solusi agar anak-anak bisa lebih produktif. "Jadi, teater itu bisa dijadikan pilihan supaya anak-anak kalau mengisi waktu luang tidak hanya ke mal," ujarnya.
Menurut Ingrid, sudah 50 lebih anggota yang terjaring dari media sosial Instagram. "Kita memang aktif di Instagram. Sudah 50 anggota dari Instagram. Cara menggaet anggotanya itu dengan terus menyajikan konten-konten yang menarik di Instagram,"
Perempuan yang menggeluti teater sejak SMA ini menyebut milenial akan mendapatkan pelajaran berharga lewat teater. "Dari teater ada dua poin penting, disiplin dan komitmen. Apalagi disiplin berarti sekali. Kalau mau disiplin, hasilnya pasti bagus saat pentas," jelasnya.
Demi menggaet milenial, Teater Spotlight akan mementaskan drama ketiganya. Pentas kali ini akan menonjolkan musikal yang modern dengan sentuhan ala broadway. Teater bertajuk Kirana ini akan diselenggarakan di Gedung Kesenian Jakarta, 23-25 Agustus 2019.