Senin 29 Jul 2019 18:04 WIB

Pentas Teater Kirana Padukan Budaya Indonesia dan Modern

Komunitas Teater Spotlight akan mementaskan teater bertajuk Kirana

Rep: MGROL/ Red: Christiyaningsih
Konferensi pers pertunjukan teater Kirana.
Foto: Republika/MGROL
Konferensi pers pertunjukan teater Kirana.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komunitas Teater Spotlight akan mementaskan teater bertajuk Kirana pada 23-25 Agustus 2019 di Gedung Kesenian Jakarta. Pertunjukan berdurasi tiga jam ini dipentaskan untuk menunjukkan adanya budaya modern bukan berarti budaya asli Indonesia luntur. Keduanya bisa dipadukan dan berjalan beriringan.

Ibas Aragi selaku sutradara sedikit membocorkan konsep yang akan diusung. Menurutnya, seluruh elemen yang ada dalam teater ini harus memberikan kesederhanaan dan ketulusan yang menjadi ciri khas budaya lokal.

Baca Juga

"Konsepnya kesederhanaan, terutama dari setting panggung. Saya khawatir kalau penonton dimanjakan dengan tata panggung mewah, nanti dipikirnya 'wah kok budaya lokal tuh mewah gini ya'. Ini yang harus diredam dari awal," jelasnya dalam konferensi pers belum lama ini.

Pertunjukan ini mengisahkan tentang Kirana, gadis yang akan mengingatkan kita tentang tokoh wayang Srikandi di kisah Mahabharata. Kirana gadis yang tegas, cekatan, dan memiliki jiwa ksatria. Kirana dihadapkan pada dua pilihan, bertahan dengan budaya nusantara yang diterapkan sejak kecil atau mengikuti arus modernisasi.

Latar budaya Jawa akan kental terasa di pementasan ini. Namun, budaya kota metropolitan juga akan disuguhkan. "Pokoknya bagaimana membuat dua dunia yang berbeda ini jadi satu,"pungkasnya.

Sylvia Wiryadi selaku konsultan musik dan vokal menjelaskan konsep musik seperti apa yang akan disuguhkan. "Genrenya banyak, sampai rap pun ada. Total ada 16 lagu orisinil yang akan dinyanyikan. Sama sekali nggak akan memainkan lagu Jawa yang biasa kita dengar. Orisinil dibuat lagu khusus teater ini. Pentatonik Jawanya ada," jelas Sylvia.

Dia juga menjelaskan mengenai perpindahan dari dialog ke menyanyi yang berbeda dengan teater pada umumnya. "Perpindahannya akan halus. Jadi sambil ngomong bisa sambil menyanyi juga. Nggak abis ngomong, diam terus nyanyi," ujarnya.

Kesulitan sempat dihadapi karena banyak anggota Spotlight yang buta nada. Tidak semuanya merupakan penyanyi profesional. "Tapi salutnya, mereka rasa ingin tahunya besar. Jadi selalu merasa ingin berguna dipentas. Latihannya bisa seminggu tiga kali. Sehari bisa delapan jam," tuturnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement