Jumat 30 Aug 2019 11:47 WIB

Diana Rikasari Menulis untuk Proses Self-healing

Diana merasakan menulis membantunya menyembuhkan diri dari luka batin.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Indira Rezkisari
Penulis Diana Rikasari (berkacamata) dan ilustrator Dinda Puspitasari bersiap meluncurkan buku keempat berjudul Self Acceptance by #88LOVELIFE.
Foto: Republika/Shelbi Asrianti
Penulis Diana Rikasari (berkacamata) dan ilustrator Dinda Puspitasari bersiap meluncurkan buku keempat berjudul Self Acceptance by #88LOVELIFE.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Diana Rikasari mendapat kepuasan tersendiri melakoni hobi menulis. Perempuan 34 tahun yang dikenal sebagai fashion blogger itu menganggap menulis adalah salah satu cara menyembuhkan diri dari luka batin.

"Menulis buku itu proses penyembuhan buat aku, seperti menasihati diri sendiri. Merenungkan emosi-emosi yang aku rasakan itu kenapa ya, kemudian apa yang bisa aku lakukan dengan lebih baik," ungkapnya.

Baca Juga

Diana memiliki kebiasaan untuk tidak menulis ketika sedang emosional, seperti marah, sedih, atau terlalu bersemangat. Menurut dia, menulis saat mengalami lonjakan emosi membuat tulisan menjadi tidak seimbang.

Karena itu, Diana merasa dirinya bukan penulis yang detail dan deskriptif. Dia tidak menuliskan pengalaman sehari-hari menjadi semacam diari personal. Sebaliknya, dia menuliskan pemikiran yang singkat, padat, kontemplatif, dan konklusif.

Pada 2014, untuk pertama kalinya Diana menerbitkan buku #88LOVELIFE: Dreams bersama ilustrator Dinda Puspitasari. Kolaborasi itu berlanjut hingga volume kedua dan ketiga bertajuk Passion dan Priorities.

Tahun ini, volume keempat #88LOVELIFE hadir pada bulan Oktober dengan tajuk "Self Acceptance". Diana mengatakan, tema penerimaan diri sangat sesuai dengan kondisinya selama proses pembuatan buku setahun belakangan.

Diana yang kini bermukim di Swiss bersama suami dan kedua anaknya mengalami berbagai perubahan dan belajar menerima diri apa adanya. Apalagi, dia harus beradaptasi di negara asing serta melahirkan anak kedua.

Menurut Diana, buku keempat tersebut adalah yang paling personal dibandingkan ketiga seri sebelumnya. Ada bagian di mana Diana menelanjangi perasaannya dengan jujur. Dia bahkan menangis selama proses pembuatannya.

Penulisan buku cukup lama karena sulit menulis buku sembari menyesuaikan diri di lingkungan baru. Bagi Diana, buku itu sangat spesial karena mengajak pembaca menghadapi hidup dengan realistis, menyoroti kesedihan sambil tetap bersyukur.

Sentuhan ilustrasi dari Dinda Puspitasari, pembaca juga akan merasakan keceriaan di tengah berbagai masalah hidup. Setelah perilisan karya keempat itu, Diana berharap dirinya bisa terus menulis.

"Kalau disuruh pilih, menjadi entrepreneur, influencer, atau penulis, aku pilih penulis. Karena ada legacy, peninggalan di dunia. Buku bisa sebarkan terus pesan-pesan yang ingin disampaikan penulis," ungkapnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement