Selasa 08 Oct 2019 04:55 WIB

Empat Racun Hubungan Suami Istri Penyebab Perceraian

Pasangan suami istri yang saling merendahkan akan berujung pada perceraian.

Rep: Muhyiddin/ Red: Ani Nursalikah
Sejumlah warga mengurus proses perceraian di Pengadilan Agama Jakarta Selatan, Senin (3/10).
Foto: Republika/Prayogi
Sejumlah warga mengurus proses perceraian di Pengadilan Agama Jakarta Selatan, Senin (3/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Angka perceraian di Indonesia terus meningkat setiap tahun. Hal ini disebabkan adanya racun-racun yang dapat merusak rumah tangga.

Berdasarkan penelitian, setidaknya ada empat racun yang dapat menyebabkan pasangan suami istri bercerai. “Ini ada penelitiannya loh ya bapak ibu, saya bukan asal ngomong. Jadi hasil penelitian, di dunia psikologi ada empat racun atau empat penyakit hubungan,” ujar putri presiden ketiga Indonesia, KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) Alissa Wahid saat menjadi narasumber dalam talk show Festival Keluarga Maslahah di Jakarta, Ahad (6/10).

Baca Juga

Sekretaris Lembaga Kemasyarakatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKK NU) ini menjelaskan, racun pertama bagi pasangan suami istri yang membina rumah tangga adalah mengkritik berlebihan atau kritik ekstrem. “Kritik berlebihan itu kita tidak bisa melihat kebaikan pasangan kita. Kalau berdasarkan penelitian, perempuan itu lebih sering mengkritik, walaupun niatnya ingin memperbaiki situasi,” ucap Alissa.

Racun kedua, yaitu merendahkan dan membenci. Menurut dia, jika pasangan suami istri saling merendahkan maka akan berujung pada perceraian.

"Kemudian, penyakit hubungan yang ketiga adalah membela diri. Banyak pasangan, saling sibuknya membela diri akhirnya ujungnya perceraian. Kenapa? Karena ketika membela diri kita menganggap yang salah adalah orang lain,” katanya.

Kemudian, racun terakhir bagi pasangan suami istri adalah tidak saling mendengarkan satu sama lain. Namun, menurut Alissa, hal ini lebih banyak terjadi pada suami.

“Keempat atau yang terakhir, kalau yang ini banyak terjadi pada lelaki, yaitu masuk kuping kanan keluar kuping kiri. Ketika kita sedang berkonflik terus didiemin aja. Istrinya ngomong, suaminya diam saja. Ini adalah penyakit hubungan,” kata Alissa.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement