REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat ini komunikasi antargenerasi boleh dibilang memiliki jurang yang cukup besar. Pergeseran era membuat komunikasi antargenerasi kerap kali bermasalah.
Menurut Becky Tumewu, Co-founder TALKINC, sebuah pusat pelatihan komunikasi di Jakarta, banyak perusahaan yang meminta modul bagaimana mengatasi gap antargenerasi.
"Kalau angkatan lebih senior sering dianggap tulalit, nggak asyik, tapi anak milenial juga banyak dianggap nggak sopan, nggak sabar. Padahal itu gaya mereka," kata Becky.
Becky mencontohkan kasus di mana generasi baby boomer dan generasi X merasa tidak dihormati generasi milenial. Padahal milenial memang hidup di era teknologi yang super cepat perkembangannya.
Sehingga era digital membuat mereka memiliki gaya hidup serba cepat, instan. Karena itu, menurut dia, jembatan komunikasi antargenerasi diperlukan pengertian dari masing-masing pihak.
"Tapi bagaimana komunikasi to the point juga harus disampaikan dengan adat ketimuran yang santun, jadilah komunikasi modern" ungkap Managing Director TALKINC, Erwin Parengkuan.
Erwin menambahkan jika pada zaman orde baru, kemampuan komunikasi tidak tampak terlalu penting, lain halnya di era sekarang. Akan tetapi juga jangan sampai hakikat komunikasi terenggut oleh kehadiran gawai.
"Kalau orde baru itu yang penting jago di bidangnya bisa terpakai, tapi kalau zaman sekarang, orang jago tapi ngomongnya kacau, nggak bisa ngomong rasanya sulit sukses," tuturnya.