Kamis 13 Feb 2020 11:05 WIB

Saatnya Konsumen Melek akan Limbah Fashion

Fashion berkelanjutan harus jadi agenda penting untuk kurangi limbah pakaian.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Friska Yolanda
Tren mode yang melaju begitu cepat menjadi salah satu penyumbang polusi dan limbah terbesar di dunia.
Foto: Foto: Istimewa
Tren mode yang melaju begitu cepat menjadi salah satu penyumbang polusi dan limbah terbesar di dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tren mode yang melaju begitu cepat menjadi salah satu penyumbang polusi dan limbah terbesar di dunia. Mengacu data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), secara global industri mode melepaskan setengah juta ton serat mikro sintesis ke laut setiap tahunnya. Karena itulah, suistainable fashion atau gaya busana berkelanjutan menjadi agenda penting untuk masa depan Indonesia juga dunia.

Di Indonesia, ada beberapa desainer yang fokus dan peduli akan fashion berkelanjutan. Sebut saja Chitra Subyakto dengan jenama Sejauh Mata Memandang, Merli Sihombing dan lainnya. Namun untuk bisa menekan limbah fashion tidak cukup hanya dari produsen semata namun diperlukan kontribusi konsumen.

Menurut Fashion Enthusiast Ayla Dimitri, salah satu latarbelakang munculnya fast fashion yaitu dikarenakan tingginya permintaan akan mode dari masyarakat. Tidak bisa dipungkiri, hingga kini masih banyak masyarakat yang belum terlalu sadar akan limbah fashion, sehingga cenderung konsumerisme dan memilih fashion karena harganya murah.

“Mayoritas fashion brand pasti ingin memenuhi demand orang, berlomba untuk mengisi tren fashion. Jadi ya again kalau kita juga sebagai konsumer tidak sadar akan limbah fashion, industri juga enggak bisa setop. Jadi harus bersama-sama kontribusi, produsen dan konsumennya juga,” kata Ayla saat diwawancara di Hotel Kempinski, Rabu (12/2).

Namun begitu, Ayla juga mendorong agar para desainer, fashion brand atau produsen fashion untuk menunjukkan komitmennya guna menekan limbah mode juga mewujudkan fashion berkelanjutan. Dia memahami bahwa tidak ada satu pun produk fashion yang terbebas dari limbah (zero waste). Namun setidaknya mulai dari bahan baku, proses menjahit dan lain-lain fashion brand bisa menggunakan produk yang lebih ramah lingkungan.

Let say ganti kancing plastik dengan bahan yang lebih natural, bahan pabrik yang dipilih menjadi bahan yang gampang mengurai,” tegas Ayla.

Yang tidak kalah penting menurut Ayla yaitu daur ulang. Dia berharap semua fashion brand bisa memikirkan proses daur ulang (recycling). 

“Ya kenapa tidak kita olah ulang menjadi barang yang menjadi nyawa baru. Karena tidak bisa dipungkiri ya tren fashion perkembangannya cepet banget,” ungkap Ayla.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement