Jumat 28 Feb 2020 11:33 WIB

Jadikan IBF Lokomotif Literasi dan Edukasi Islami

Perlu kolaborasi kuat antara dunia penerbitan dan dunia pendidikan.

Pengunjung memilih buku pada pameran Islamic Book Fair (IBF) ke-19 di Jakarta Convention Center, Kamis (27/2).
Foto: Republika/Prayogi
Pengunjung memilih buku pada pameran Islamic Book Fair (IBF) ke-19 di Jakarta Convention Center, Kamis (27/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Islamic Book Fair (IBF) ke-19 tahun 2020  tengah digelar di Jakarta Convention Center (JCC) Jakarta, Rabu-Ahad, 26 Februari hingga 1 Maret 2020.

Pameran buku Islam tahunan yang diadakan oleh Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) DKI Jakarta itu  dinilai  makin memilki peran penting dalam dunia perbukuan. Hal itu ditandai dengan animo masyarakat baik nasional maupun manca negara terasa semakin kuat dari tahun ke tahun.

“IBF juga perlu kita sorot dari  kacamata dunia pendidikan. IBF harus dijadikan   salah satu lokomotif kekuatan literasi dan edukasi Islami,” kata Ketua Umum Asosiasi Yayasan Pendidikan Islam (AYPI), H Mirdas Oka Yora, melalui rilis yang diterima Republika.co.id.

Ia menambahkan, dunia industri 4.0 yang makin berkembang pesat menyisakan kekuatiran akan lahirnya generasi cerdas, kreatif dan   inovatif,  namun minus adab dan akhlak mulia.

“Dalam arena IBF terasa sangat kentara arus cinta  baca dan haus ilmu yang bermanfaat muncul ke permukaan dengan deras dan kuat,” ujarnya. 

“Namun kembali kita sadari bagaimana menggunakan momentum ini sebagai salah satu solusi   tantangan dunia milenial dan generasi milenial ke depan,” tuturnya.  Menurutnya,  arus informasi yang deras dan sangat multidimensi memang aakan mempercepat berbagai arus data dan mempengaruhi aneka celah budaya dan cara berpikir para generasi Z ini.

Mirdas menegaskan, kembali ke peranan IBF sebagai salah satu motor penggerak arah informasi yang kaya dengan segala hal yang berkaitan  dengan keislaman.

“Daya  tarik  yang tinggi ini harus segera  dibarengi dengan langkah-langkah  strategis dan taktis dalam membangun arus peradaban Islam melaui kolaborasi yang kuat antara dunia penerbitan dan dunia pendidikan,” tuturnya.

Menurutnya, kata kuncinya  adalah kolaborasi yang  kuat dan erat serta aneka program yang kaya dan berkelanjutan. Baik sebelum even  IBF ataupun selama IBF. Dan bahkan yang lebih penting lagi adalah bagaimana suasana ini terus hidup setelah IBF berakhir.

“Tetap terus bergulir spiritnya dalam aneka aktivitas literasi yang dinamis dan kreatif serta inovatif yang merupakan hasil sinergi dunia pendidikan dengan   dunia penerbitan.Serta melahirkan sebuah pusaran arus edukasi islami yang makin dinamis,” paparnya.

Mirdas menegaskan, unsur penting dunia pndidikan yang perlu diajak bergerak bergandengan tangan adalah para pimpinan yayasan-yayasan pendidikan Islam.

Dalam hal ini, kata dia,  akan lebih mudah bila dikerjasamakan dengan Asosiasi Yayasan Pendidikan Islam (AYPI). “Kita perlu memetakan peranan yang makin menukik dan tepat sasaran dari yayasan-yayasan  pendidikan Islam sebagai pemegang keputusan penting dalam dunia pendidikan ,terutama pendidikan Islam,” ujarnya.

Untuk ke depan, kata Mirdas,  juga sudah harus dipikirkan bagamaimana membuat keterlibatan generasi milenial Muslim makin dalam dan makin interaktif dalam bentuk partisipasi. “Bukan sekadar ikut serta, tapi memilki panggung keterlibatan yang jauh lebih dalam daripada itu,” tuturnya.

“Di samping itu juga penggunaan teknologi IT yang lebih maksimal dalam bentuk yang beragam,” ujarnya menambahkan.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement