Senin 03 Oct 2022 13:24 WIB

Tragedi Kanjuruhan, Sosiolog: Konten Warganet Bisa Jadi Bagian dari Kontrol

Warganet ramai mengunggah konten berisi kritik terkait penyebab tragedi Kanjuruhan.

Red: Reiny Dwinanda
Sejumlah polisi melintas di pinggir lapangan Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Ahad (2/10/2022). Kerusuhan yang terjadi di stadion tersebut menyebabkan 13 unit mobil rusak, 10 unit diantaranya mobil polisi dan tiga unit mobil pribadi.
Foto: ANTARA/Zabur Karuru
Sejumlah polisi melintas di pinggir lapangan Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Ahad (2/10/2022). Kerusuhan yang terjadi di stadion tersebut menyebabkan 13 unit mobil rusak, 10 unit diantaranya mobil polisi dan tiga unit mobil pribadi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sosiolog dari Universitas Indonesia (UI) Ida Ruwaida menyebutkan konten-konten warganet di berbagai platform media sosial dapat menjadi kontrol atau medium pengawasan yang tepat agar peristiwa serupa tragedi Kanjuruhan tidak terulang di kemudian hari. Ia merujuk pada saran maupun kritik warganet.

Menyusul tragedi Kanjuruhan pada Sabtu (1/10/2022), warganet ramai menunjukkan rasa simpati kepada para korban. Tidak hanya itu, lewat berbagai bentuk konten, mereka juga mengkritisi penyelenggara hingga sistem keamanan yang tidak sesuai dengan standar.

Baca Juga

"Warganet diharapkan berperan aktif dalam mengedukasi sesama, termasuk ikut melakukan kontrol juga mencermati kesiapan dan kematangan penyelenggara," kata Ida kepada Antara melalui pesan singkat, Senin (3/10/2022).

Konten-konten warganet banyak mengkritisi penembakan gas air mata yang tidak sesuai standar FIFA (Federasi Sepak Bola Internasional) hingga penyelenggara yang mengabaikan kapasitas serta waktu main yang diundur. Tak sedikit juga warganet menyayangkan sikap sebagian kecil suporter yang pada akhir pertandingan justru mengejar pemain klub lainnya setelah klub kesayangannya kalah karena menandakan tidak bisa memahami rivalitas yang sehat.

Dengan adanya konten-konten yang membangun tersebut diharapkan proses evaluasi yang dijanjikan Pemerintah terhadap tragedi Kanjuruhan bisa lebih terarah dan bisa cepat ditemukan titik terangnya. Meski begitu, warganet diharapkan dapat bijak dalam membagikan konten terkait tragedi Kanjuruhan dengan tidak membagikan konten terkait korban agar keluarga dari korban maupun korban tidak menjadi trauma.

"Di era digital, kontrol atau membatasi distribusi informasi tidak mudah, namun selayaknya ada pembelajaran kolektif, bukan salah menyalahkan, atau merasa benar," ujar Ida yang juga Kepala Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia itu.

 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Republika Online (@republikaonline)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement