REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Masjid Agung Sang Cipta Rasa merupakan masjid yang sarat dengan peninggalan sejarah dan juga masjid tertua di kota Cirebon -- kota yang terkenal dengan sebutan kota santri.
Masjid tersebut di dirikan oleh sembilan wali atau Wali Songo pada tahun 1480 M. “Walaupun masjid ini telah mencapai usia kurang lebih 538 tahun, arsitek bangunan masih tampak kokoh dengan didominasi pondasi bangunan terbuat dari kayu jati dengan ukuran cukup besar terutama pada tiang-tiang bangunan masjid,” kata Muslim traveller, Mira Achiruddin kepada Republika.co.id, Rabu (23/5).
Mira yang juga seorang penyair sufi mempunyai kegemaran mengunjungi masjid-masjid tua dan bersejarah di berbagai kota di Indonesia maupun mancanegara. Ia baru saja menyambangi Masjid Agung Sang Cipta Rasa, Cirebon, pertengahan Mei 2018.
Menurut cerita sejarah, kata Mira, artsitek Masjid Agung Sang Cipta Rasa adalah Sunan Kalijaga. Tampak luar arsitek bangunan didominasi berwarna merah bata.
Tak terlihat seperti bangunan masjid pada umumnya, atap masjid tidak memiliki kubah dan menara. Atap masjid tersebut berbentuk atap berupa limas tanpa hiasan bulan sabit atau bintang.
“Jika kita masuk ke dalam masjid, akan menjumpai dua ruangan, yakni ruangan beranda dan ruangan utama,” ujarnya.
Ruangan beranda dibuat beratap rendah. Sementara untuk menuju ruangan utama terdapat sembilan buah pintu yang melambangkan sembilan wali atau Wali Songo.
Pintu-pintu tersebut dibuat dalam ukuran cukup kecil. “Jika kita ingin masuk ke dalam masjid harus membungkuk yang mengandung filosofi bahwa kita harus memberi penghormatan kepada orang yang lebih tua atau dengan kata lain kita harus sopan jika ingin masuk ke masjid yang merupakan tempat ibadah suci bagi umat Islam,” paparnya.
Suasana di dalam Masjid Agung Cipta Rasa Cirebon.
Mengenal Allah
Mira menyebutkan, nama Masjid Agung Cipta Rasa diambil dari kata yang mengandung makna Yang Maha; sedangkan cipta bermakna membangun. Rasa merupakan roso.
“Filosofi arti nama Masjid Agung Sang Cipta rasa adalah masjid ini dibangun untuk mengenal Allah yang Mahaagung yang menciptakan rasa kepada manusia. Di mana pada masa itu para Wali Songo atau wali sembilan sangat giat menyebarkan agama Islam di wilayah Jawa Barat, khususnya kota Cirebon,” tuturnya.
Ia menyebutkan, Masjid Agung Sang Cipta Rasa menggabungkan karya arsitek seni yang cukup tinggi. “Yaitu, perpaduan gaya arsitek Demak, Majapahit dan Cirebon,” paparnya.
Mira menambahkan, Masjid Agung Cipta Rasa cukup banyak memiliki keunikan.
Selain memiliki sembilan pintu kecil, masjid ini memiliki tujuh muazin. “Mereka mengumandangkan azan bersamaan pada saat salat Jumat. Mereka menggunakan jubah berwarna putih,” ungkapnya.
Mira menyebutkan, keunikan lain dari masjid ini adalah memiliki dua buah sumur. Yang satu berbentuk bundar dan yang lain berbentuk segi empat.
“Air sumur ini selain digunakan untuk ber wudu juga dipercaya oleh masyarakat Cirebon mau punpengunjung dari luar kota cirebon airnya memiliki khasiat untuk mengobati berbagai macam penyakit , baik diminum secara langsung ataupun hanya dipakai untuk mandi,” tuturnya.
Mira juga menjelaskan, keunikan lain dari Masjid Agung Sang Cipta Rasa ini adalah pada salah satu tiang yang terletak di teras masjid. Tiang itu berupa sambungan potongan -potongan kayu dan diikat menjadi satu tiang yang lebih dikenal dengan saka tatal.
Saka tatal ini memiliki filisofi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia harus dijunjung tinggi.
Tiang-tiang penyangga masjid dibuat tanpa menggunakan paku, dan hanya menggunakan pasak saja. “Jika kita masuk ke dalam ruangan utama masjid akan terlihat dua mihrab. Yang satu mihrab terbuat dari kayu jati antik dengan tiga undakan. Hal ini melambangkan tiga pokok ajaran agama yaitu Islam, iman dan ihsan,” ujarnya.
Sementara mihrab untuk mimbar imam pemimpin shalat terbuat dari batu putih dengan ukiran berbentuk bunga teratai. Ini mengandung filosofi di mana bunga teratai memiliki sifat unik walaupun hidup di lingkungan kotor tetapi teratai tetap berbunga cantik, indah dan sedap dipandang mata.
“Begitulah, kita sebagai manusia harus tumbuh menjadi pribadi yang baik walaupun tinggal di lingkungan kurang baik seperti bunga teratai,” ujarnya.
Mira menyebutkan, Masjid Agung Sang Cipta Rasa dijadikan tempat berkumpulnya para wali dalam rangka menyebarkan agama Islam pada masa itu.
Suasana Masjid Agung Cipta Rasa dibuat oleh para wali dengan suasana rumah yang nyaman. Sehingga, turis betah berlama-lama duduk sambil berdiskusi tentang ajaran agama Islam.
“Selain nyaman, Masjid Agung Sang Cipta Rasa ini dibuat penuh dengan filosofidi setiap detail bangunan masjid,” tuturnya.
Ia juga mengemukakan, Masjid Agung Sang Cipta Rasa menjadi destinasi wisata religi yang cukup terkenal. Baik di wilayah Cirebon maupun masyarakat Indonesia yang ingin bertapak tilas atau ingin mengetahui sejarah perkembangan Islam pada masa itu.
“Kunjungan ke Masjid Agung Sang Cipta Rasa bisa mengingatkan kita mengenai perjuangan para Wali Songo atau wali sembilan yang sangat terkenal di masyarakat Indonesia , dalam menyebarkan ilmu agama Islam pada masa itu khususnya kota Cirebon yang terkenal dengan julukan kota santri dan kota udang,” papar Mira Achirudin.