REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Bendera Merah Putih berkibar semarak pada Perayaan HUT Kemerdekaan ke-69 RI di Desa Oebelo dan Tuapukan Kecamatan Kupang Timur Kabupaten Kupang Nusa Tenggara Timur yang dikenal sebagai kompleks eks pengungsian Timor-Timur pascaeksodus 1999.
Seperti terpantau di pusat pengungsian itu Ahad pagi, kompleks perumahan warga, bahkan kantor-kantor dan unit kerja pemerintah seperti kantor desa dan camat, semuanya memasang bendera merah putih, dan umbul-umbul sebagai simbol merayakan hari kemerdekaan.
"Kami melakukan itu atas kesadaran tanpa diimbau dan disuruh. Sebagai warga negara Indonesia dan bukti cinta serta hormat kami akan perjuangan para pahlawan pada zaman itu," kata Zicu Zoares, warga Indonesia Baru salah satu penghuni komplek arah timur sekitar 20 kilometer selatan Kota Kupang.
Ia mengatakan tidak sempat mengikuti upacara bendera pada peringatan detik-detik proklamasi kemerdekaan Minggu pagi bersama warga desa lainnya, karena kurang sehat jasmani.
"Meskipun tidak sempat mengikuti upacara bendera pada pagi ini, 17 Agustus, namun saya menyadari benar akan apa yang sedang berlangsung, yakni sebagai bentuk penghormatan sesungguhnya dan ungkapan syukur atas kemerdekaan yang diraih," katanya.
Warga lokal lainnya yang tinggal bersebelahan di kompleks warga eks Timtim itu, Andi Ndolu mengakui nasionallisme warga Indonesia Baru itu, pada setiap menjelang HUT Proklamasi Kemerdekaan RI.
Terpisah Joze (30) warga eks Timtim lainnya mengaku mengikuti Upacara HUT Republik Indonesia yang berlangsung penuh khidmat sehingga semakin menimbulkan rasa nasionalisme, apalagi ketika lagu Indonesia Raya berkumandang mengiringi penaikan Sang Merah Putih.
"Kebangsaan Indonesia bukanlah kebangsaan Maluku, Flores, Papua, Bali, Jawa, Sulawesi, Sumatera, Kalimantan dan lainnya, tetapi kebangsaan yang utuh dan satu, yakni kebangsaan Indonesia," kata Joze yang juga abdi negara di Pemerintah Kabupaten Kupang itu.
Ia mengaku bangga dengan bangsa Indonesia yang terdiri atas berbagai suku, agama dan budaya. Keanekaragaman itu telah menjadi kekuatan bagi persatuan bangsa karena Indonesia berdiri dari pluralisme yang dimiliki.
"Kita harus bangga menjadi bagian bangsa Indonesia dan tetap menanamkan tekad 'Harga Mati' bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dalam hidup berbangsa dan bermasyarakat.
Tekad itu terus menggelora dalam sanubari setiap kami yang telah menjadi warga negara Indonesia dengan bahu membahu bekerja keras membangun negeri ini," katanya.
"Kerja keras itu perlu didorong juga oleh semangat nasionalisme sebagai wujud hormat dan penghargaan atas jasa-jasa para pahlawan kemerdekaan.
Menurut dia, nasionalisme adalah rasa cinta, penghargaan dan rasa bangga yang dimiliki oleh masyarakat terhadap negaranya. Untuk itu, semakin tinggi kecintaan masyarakat terhadap bangsanya, maka hal tersebut menandai tumbuhnya nasionalisme.
Oleh karena itu sudah menjadi kewajiban bersama untuk mengisi kemerdekaan tersebut terutama demi kepentingan bangsa dan negara. "Jadi mari kita isi kemerdekaan ini dengan bekerja keras demi kesejahteraan bersama," katanya.