Home > >
Belajar Hargai Pahlawan dari 'Pak Dokter'
Senin , 11 Aug 2014, 14:24 WIB

Bendera Merah Putih

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN --  ‘Sang Saka’ kembali berkibar di lingkungan makam pahlawan nasional, dr Tjipto Mangoenkoesoemo, di TPU Watu Ceper, Kelurahan Kupang, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Senin (11/8).
 
Bagi Suwarsinah (70) dan keponakannya, Priyono (55), ini menjadi momentum yang paling ditunggu. Sudah empat tahun lebih, juru kunci makam keluarga Mangoenkoesoemo tersebut menantikan saat seperti ini. Terutama sejak bendera Merah Putih yang telah usang dan rusak akibat lepas beberapa jahitannya tak lagi terpasang pada tiang bendera, yang hanya berjarak beberapa jengkal dari pusara tokoh pergerakan nasional ini.
 
“Pertengahan tahun 2009 lalu, bendera yang telah rusak tersebut sudah tidak kami pasang lagi,” ungkap Suwarsinah, saat ditemui di lingkungan TPU Watu Ceper, Ambarawa.
 
Ia pun mengenang, awalnya sang Merah Putih berkibar ‘gagah’ di tiang bendera yang berdiri tegak di di dekat nisan makam dr Tjipto Mangoenkoesoemo dan makam isterinya, Siti Aminah --yang bernama asli Marie Vogel-- di lingkungan makam trah Mangoenkuoesoemo ini.
 
Setelah rusak, ia pernah mengajukan bendera Merah Putih kepada Pemkab Semarang, agar terpasang di kompleks makam ini. Sempat mendapatkan bendera dari Kecamatan Ambarawa. Setelah rusak kembali empat tahun lalu, bendera Merah Putih tak berkibar lagi. Ia sudah meminta kembali kepada pihak terkait di Pemkab Semarang, namun juga tak ada respon. 
 
Keinginannya hanya satu, generasi penerus mengerti jika makam salah satu tokoh penting perintis kemerdekaan bangsa ini ada di Ambarawa. Sebab sejauh ini taka ada tanda khusus yang membuat umum gampang tahu keberadaan makam dr Tjipto Mangoenkoesoemo, yang berada di sekitar Pasar Ambarawa ini.
 
Kecuali papan petunjuk berukuran 100 X 60 centimeter yang nyaris tak gampang terbaca, karena sudah menyatu dengan lapak- lapak pedagang kaki lima (PKL) di jalur utama Ambarawa. Ironisnya, sejak rusak sekitar empat tahun lalu, bendera Merah Putih terpasang hanya setahun sekali, saat Hari Kebangkitan Nasional. Inipun statusnya hanya dipinjami oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Semarang.
 
“Karena setelah peringatan hari Kebangkitan Nasional berlalu, bendera Merah Putih inipun segera dilepas dari tiang bendera dan diambil kembali,” kata Suwarsinah yang ditemani Priyono.  
  
Priyono juga mengamini dan mengaku ikut prihatin dengan kondisi semacam ini. Iapun sangat berterimakasih sejumlah jurnalis Forum Komunikasi Wartawan Kabupaten Semarang (FKWKS) memiliki inisiatif untuk memasang kembali bendera Merah Putih ini.
 
“Karena sudah lama, bendera Merah Putih ini sudah tak berkibar di makam pak dokter (red; sebutannya untuk dr Tjipto Mangoenkoesoemo),” tambahnya.
 
Ketua Komisi D DPRD Kabupaten Semarang, The Hok Hiong yang sekaligus satu tokoh masyarakat Ambarawa sangat mengapresiasi inisiatif para jurnalis ini. Menurutnya, tak berkibarnya bendera merah Putih di makam dr Tjipto Mangoenkoesoemo ini potret kurangnya  perhatian pemerintah.
 
Masalah seperti ini sebenarnya tak perlu bupatinya yang menangani. Namun cukup camat atau lurah saja –sebenarnya—bisa mengatasi. Ia menegaskan, masalah bendera merah Putih ini bukan sekedar urusan penghargaan. Namun ini juga urusan penghormatan dan perhatian kepada dr Tjipto Mangoenkoesoemo.
 
“Bagaimana generasi penerus bangsa ini akan belajar menghormati dan memberi perhatian kepada pahlawan yang pernah berjasa bagi bangsa dan negaranya,” tegas politisi PDIP ini.
 
Ketua FKWKS, R Budi Prasetyo menambahkan, penyerahan bendera Merah Putih ini merupakan inisiatif para jurnalis yang merasa terpanggil dengan kondisi makam pahlawan nasional ini. Kebetulan momentumnya hampir dekat dengan HUT Proklamasi Kemerdekaan RI ke-69. “Kami peduli, mengingat makam ini merupakan aset bagi pendidikan sejarah bangsa,” tegasnya.

Redaktur : Agung Sasongko
Reporter : Bowo Pribadi
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar