Home > >
Nasionalisme di Bawah Kolong Jembatan Ancol
Ahad , 17 Aug 2014, 12:34 WIB

ejumlah murid Sekolah Darurat Kartini melintas di antara puing-puing sekolah yang terkena penggusuran pada pembangunan kembali Sekolah Darurat Kartini di Jakarta Gudang, Kampung Bandan, Ancol, Jakarta Utara

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ibu guru kembar pendiri Sekolah Darurat Kartini, Sri Rosyati dan Sri Irianingsih, menggelar upacara memperingati hari kemerdekaan Indonesia ke-69 di halaman Sekolah Darurat Kartini, Pademangan, Jakarta Utara.

"Peringatan kemerdekaan Indonesia ini diharapkan agar masyarakat miskin yang hidup di bawah kolong jembatan dapat merasakan semangat dan arti Hari Kemerdekaan Indonesia," kata Sri Rosyati di sela-sela upacara.

Upacara ini merupakan bentuk pembinaan kenegaraan kepada masyarakat agar mereka semakin cinta terhadap Tanah Air.
"Agar masyarakat di sini tahu bahwa mereka mempunyai Pancasila, UUD 45, karena merebut kemerdekaan itu tidak gampang butuh waktu 350 tahun. Dan juga supaya masyarakat tidak terhasut dengan ideologi teroris," kata Sri irianingsih.

Kemerdekaan Indonesia ke-69 ini menjadi momentum untuk menyampaikan pesan kepada pemerintahan baru, agar memperhatikan masyarakat miskin dalam memperoleh kemerdekaan dalam hal pendidikan secara gratis, layak dan berkualitas.

"Pendidikan gratis bagi anak bangsa tanpa terkecuali, harapan saya semua sekolah negeri menerima mereka, baik mereka kaya atau miskin, pintar atau bodoh. Tidak ada diskriminasi," ujar Sri Irianingsih.

Selain upacara, Sekolah Darurat Kartini mengadakan perlombaan bersama murid dan warga setempat yakni lomba makan kerupuk, lari kelereng, balap karung dan lomba membuat tumpeng. Upacara dan perlombaan tersebut diikuti puluhan murid Sekolah Darurat Kartini bersama warga yang bermukim di bawah kolong jembatan Ancol.

Redaktur : Agung Sasongko
Reporter :
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar