REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Majelis Dzikir Hubbul Wathon (MDHW) bekerja sama dengan Istana Negara akan menggelar zikir Kebangsaan dalam rangka menyambut HUT kemerdekaan RI ke-72 pada Selasa (1/7) malam. Dalam acara tersebut akan hadir ratusan ulama dari berbagai daerah di Indonesia, serta ribuan undangan dari berbagai elemen.
Sekretaris Jenderal MDHW, Hery Haryanto Azumi mengatakan, majelis hubbul wathon berarti majelis yang cinta terhadap Tanah Air. Melalui acara zikir kebangsaan ini, pihaknya ingin mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk memperkokoh rasa cinta Tanah Air.
"Landasan keislaman itu harus diperkuat, maka kami memilih disampaikan dengan cara gerakan spiritual dalam bentuk majelis zikir. Dengan zikir kita akan menayukuri apa yang diberikan Allah kepada kita," ujarnya saat konferensi pers di Bakkoel Coffie, Jakarta Pusat, Senin (31/7).
Menurut dia, zikir kebangsaan ini akan dihadiri oleh Presiden Joko Widodo sebagai Dewan Pembina MDHW. Karena itu, Jokowi juga akan memberikan sambutan bersama inisiator MDHW, KH Ma'ruf Amin.
Menurut dia, ke depannya gerakan ini akan dijadikan sebagai gerakan nasional. "Alhamdulillah banyak kiai yang sudah memberikan pernyataan untuk mendirikan MDHW di daerah masing-masing. Ini respons yang luar biasa," ucapnya.
Hery mengatakan, zikir bertema "Menyukuri Nikmat Kemerdekaan Indonesia" tersebut nantinya akan dihadiri 2.000 undangan dan juga 200 ulama sepuh dari seluruh Indonesia. Ulama sepuh yang akan hadir di antaranya, yaitu KH Maimun Zubari selaku sesepuh NU, KH Anwar Mansur dari Jawa Timur, Habib Luthfi dari Jawa Tengah, KH Miftahul Ahyar sebagai Wakil Rais Aam PBNU, KH Ma'ruf Amin sebagai Rais Aam PBNU.
Selain itu, akan hadir juga ulama karismatik dari Banten Abuya Muhtadi, dari Ciamis Kiai Rifai Nawawi An Naqsabandi, ulama terkenal dari Sumatera Utara Syekh Ali Mardum, ulama dari Sumbar Buya Bagindo Leter, dari Sulawesi ada KH Sanusi Baco, dan dari Kalimantan akan hadir KH Hamdan Khalid. "Beliau-beliau ini merupakan sesepuh-sesepuh kita semua. Dan tentunya, mereka tokoh-tokoh yang sangat dihormati di Indonesia," kata dia.
Ketua Umum MDHW, KH Musthofa Aqil Siradj mengatakan, bahwa zikir kebangsaan ini digelar karena banyak ulama sepuh yang gelisah terhadap kondisi bangsa saat ini. Pasalnya, umat Islam di Indonesia mulai tercerai berai, khususnya setelah adanya kelompok yang mengatakan NKRI sebagai toghut atau kafir.
"Perpecahan-perpecahan ini dipandang oleh para kiai membahayakan. Oleh karena itu, para kiai ingin merangkul semuanya," ujarnya.
Menurut dia, setelah zikir kebangsaan digelar akan tercipta ruang dialog antar kelompok umat Islam atau antar kelompok partai. Ia pun berharap, agar acara ini menjadi agenda tahunan di Istana Negara untuk menyambut Hari Kemerdekaan.
"Harapan kami diawali dengan ini, maka setiap 1 Aguatus menjadi acara resmi bahwa rangkaian kemerdekaan diawali dengan zikir," kata adik kandung Ketum PBNU KH Said Aqil Siradj ini.
Salah satu tokoh NU, KH Marsudi Syuhud menyambut baik zikir kebangsaan tersebut. Menurut dia, zikir merupakan ibadah yang sangat digemari oleh Rasulullah SAW. Apalagi, jika tujuan zikir itu untuk memperkokoh rasa cinta Tanah Air.
"Itu baik-baik saja. Apalagi tujuannya untuk memotivasi orang untuk cinta terhadap tanah air. Karena kalau tidak punya tanah air mau di mana hidup? Kalau kata Ketum Kiai Said, barang siapa yang tidak punya tanah dan air tidak akan punya peninggalan sejarah. Kalau sudah tidak punya itu, maka tidak akan mempunyai hari peringatan," ujarnya kepada Republika.co.id.
Hal senada juga disampaikan oleh Ketua Umum Ikatan Dai Indonesia (IKADI), Ahmad Satori Ismail. Menurut Satori, selagi tujuannya untuk mengingat Allah maka zikir kebangsaan tersebut sangat baik. Ia pun berharap agar pemerintah dan rakyat meningkatkan pengabdiannya kepada Allah dalam rangka memperingati HUT RI tahun ini.
"Yang namanya zikir, berkumpul bersama untuk mengingat Allah adalah sesuatu yabg baik apapun tujuannya. Apalagi kalau dihadiri oleh ulama-ulama. Mudah-mudahan ini dalam kerangka bersyukur. Mudaha-mudahan pemerintah dan rakyat menggunakan kemerdekaan ini untuk bisa mengabdi kepada Allah lebih baik," kata Satori.