Jumat 11 Apr 2014 08:26 WIB

Jejak Warisan Kuliner Islam di Eropa (2-habis)

Koneksi kuliner terjadi melalui sejarah perdagangan antarnegara.
Foto: Rakhmawaty La'lang/Republika
Koneksi kuliner terjadi melalui sejarah perdagangan antarnegara.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ani Nursalikah

Urutan penyajian makanan yang dimulai dari makanan pembuka, utama, dan penutup merupakan tradisi Muslim yang kondang di Eropa.

Di kalangan aristokrat Eropa, permintaan bahan makanan dan rempah-rempah Muslim meningkat pesat. Rakyat biasa, terutama di Eropa Utara, hanya memiliki jenis makanan yang terbatas.

Biasanya, mereka hanya mengonsumsi daun bawang, bawang, kubis, apel dan roti. Sesekali mereka makan daging atau ikan.

Di sisi lain, orang-orang Eropa Selatan memiliki kehidupan yang agak lebih baik dengan salad yang terdiri atas berbagai macam buah dan sayuran. Mereka mengenal minyak untuk menggoreng, keju, dan makanan penutup yang manis.

Kalangan aristokrat Eropa membenci penggunaan sayuran. Mereka terutama mengonsumsi daging. Tak heran, banyak yang menderita asam urat.

Munculnya permen, selai, dan manisan menciptakan masalah lain, yakni sembelit. Dari kisah Paus di Avignon, pada abad ke-14, sebuah perahu dari Beirut membawa selai, makanan awetan, tepung khusus untuk membuat kue dan obat pencahar.

Namun, ada satu raja Eropa yang mengonsumsi makanan Muslim dengan mengimpor produk mahal dan buah-buahan. Dia adalah Ratu Cristina, pemimpin Denmark, Swedia, dan Norwegia.

Sang ratu berpisah dari suaminya pada 1496 dan harus hidup dengan anggaran yang ketat. Dia bahkan berpuasa lebih lama dari yang diputuskan gereja untuk menghemat uang.

Dia rela berpuasa hanya untuk membeli komoditas langka dari negeri Muslim. Dari cerita ini, muncul dugaan asal-usul kue-kue kering Denmark yang kondang itu terinspirasi dari kebiasaan Ratu Christina ini.

Urutan penyajian makanan yang dimulai dari makanan pembuka, makanan utama, dan penutup juga merupakan tradisi Muslim yang dibawa ke Eropa.

Gagasan tersebut ditemukan Rhazes dan Ibn Zohr. Makanan pembuka biasanya terdiri atas sup atau salad. Acara makan diakhiri dengan mencuci tangan di meja dengan air mawar.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement