REPUBLIKA.CO.ID, RIO DE JANEIRO -- Brasil mengisyaratkan pengetatan suku bunga terpanjang di dunia akan segera berakhir. Negeri Samba tersebut berencana menaikkan suku bunga pinjaman.
Dewan bank sentral yang dipimpin Alexandre Tombini menyatakan akan menaikkan suku bunga Selic dari 10,75 persen menjadi 11 persen. Pembuat kebijakan telah menaikkan bunga pinjaman sebanyak 375 basispoin atau 3,75 persen dalam waktu kurang dari setahun. Suku bunga Brasil merupakan yang tertinggi di antara negara di Amerika Latin.
Pada pertemuan terakhir yang berlangsung pada Februari Brasil mengisyaratkan pengetatan akan segera berakhir yang ditandai dengan kenaikan suku bunga. Tahun lalu, Brasil menjadi negara yang paling sering dalam menaikkan bunga pinjaman dibandingkan bank sentral lain di dunia. Hanya Turki yang suku bunganya mendekati Brasil, yaitu 10 persen.
"Ini adalah sinyal untuk berhenti. Langkah permainan selanjutnya adalah berhenti," ujar ekonom Goldman Sachs Group Inc Alberto Ramos, seperti dilansir Bloomberg, Kamis (3/4).
Inflasi tahunan hingga pertengahan Maret tercatat meningkat menjadi 5,9 persen dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 5,65 persen. Hal ini disebabkan oleh kenaikan harga makanan sebesar 1,11 persen.
Berdasarkan laporan bank sentral yang dirilis 27 Maret 2014, inflasi tahunan diperkirakan akan meningkat sampai 6,2 persen. Hal ini dibuat dengan asumsi suku bunga acuan meningkat 11 persen. "Laporan tersebut menunjukkan kekhawatiran inflasi oleh bank sentral," ujar ekonom Sul America Investimentos, Newton Rosa.
Lembaga pemeringkat Standard & Poor pada 24 Maret telah menurunkan peringkat Brasil ke level BBB minus. Peringkat ini adalah yang terendah untuk peringkat investasi. S&P menyatakan tingginya suku bunga mengancam fiskal.