Rabu 04 Mar 2015 13:33 WIB

Pelemahan Rupiah Menguntungkan Pengusaha Mebel

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Erik Purnama Putra
Salah satu pengusaha di Jakarta, Rabu (11/2).
Foto: Republika/Prayogi
Salah satu pengusaha di Jakarta, Rabu (11/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia Abdul Sobur mengatakan, pelemahan rupiah menguntungkan bagi industri mebel dan furniture. Karena, sebagian besar pelaku usaha di industri tersebut merupakan eksportir.

"Awalnya kami mematok kurs rupiah sebesar 10 ribu, tapi sekarang tembus sampai hampir 13 ribu dan ini menguntungkan bagi eksportir," ujar Abdul di Jakarta, Rabu (4/3).     

Menurut Abdul, meski pelemahan rupiah menguntungkan eksportir, kemampuan daya saing di dalam negeri masih menurun. Hal ini dipicu oleh derasnya produk impor yang masuk ke Indonesia. Padahal, menurut Abdul, suatu negara yang maju harus punya kekuatan ekspor dan mata uangnya stabil.  

"Daya saing kita lemah karena infrastruktur yang buruk, sehingga biaya logistik mahal dan bunga bank tinggi," ujar Abdul.

Abdul mengatakan, apabila dibandingkan dengan negara Asia Tenggara, daya saing ekspor mebel dan furniture di Indonesia masih lemah dibandingkan Vietnam serta Malaysia. Pertumbuhan ekspor Vietnam mencapai 5,2 miliar dolar AS per tahun, sementara Malaysia sebesar 2,4 miliar dolar AS per tahun. Sedangkan Indonesia hanya 2 miliar dolar AS per tahun.

Masih tingginya bahan baku impor juga menjadi salah satu penyebab harga mebel di dalam negeri melonjak tajam. Menurut Abdul, pertumbuhan industri mebel dan furniture pada tahun ini diprediksi masih kecil yakni sebesar tujuh persen. Abdul mengatakan, sebagai industri unggulan, hendaknya pemerintah memberikan dukungan dengan insentif dan kebijakan yang tidak kontraproduktif.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement