Senin 24 Jul 2017 13:38 WIB

Matasora World Music Festival Diserbu Ribuan Turis

Red: Dwi Murdaningsih
Festival musik (ilustrasi)
Festival musik (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Perhelatan Matasora World Music Festival (MWMF) 2017 yang didukung Kementerian Pariwisata berjalan meriah dan sukses. Festival musik selama  dua hari, Sabtu dan Ahad, 22-23 Juli 2017 di PT Kereta Api Indonesia (KAI) Jalan Sukabumi No. 20 Kota Bandung itu diserbu ratusan wisman dan ribuan wisnus.

Festival Matasora ini  dirancang sangat kreatif. Segala hal yang berbau dialogmulticultural, diskusi terkait isu pedesaan dan perkotaan, promosi pariwisata daerah serta gaya hidup ramah lingkungan yang berkelanjutan ikut diangkat. Semua disajikan selama 12 jam nonstop mulai pukul 10 pagi hingga 10 malam.

Pada hari pertama, Sabtu, (22/7) hadir ribuan penonton. Sekitar 100 orang wisatawan mancanagera. Mereka membeli tiket masuk yang dibanderol Rp 250 ribu per orang untuk satu hari. Sementara untuk paket 2 hari dikenakan harga Rp 350 ribu per orang.

Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenpar, Esthy Reko Astuti didampingi Kepala Bidang Promosi Wisata Budaya Asdep Segmen Pasar Personal Kemenpar, Wawan Gunawan sumringah melihat

banyaknya penonton dari mancanegara. Esthy berharap dengan adanya Matasora World Music Festival 2017 dapat menginspirasi semua musisi, khususnya di Jawa Barat.

"Baru pertama kali diadakan, sudah mampu mendatangkan ribuan penonton dengan lebih dari 100 wisatawan mancanegara. Ini sungguh menggembirakan. Konser musik kolaborasi antara musisi lokal, nasional dan internasio­nal menampilkan berbagai macam genre musik dan kultur, baik lokal maupun internasional. Ini menjadi akhir pekan yang

menyenangkan," kata Esthy.

Kepala Bidang Promosi Wisata Budaya Asdep Segmen Pasar Personal Kemenpar, Wawan Gunawan menegaskan MWMF 2017 adalah perhelatan musik akbar yang dirancang dan dikemas secara profesional oleh Satria bersama tim kreatifnya.

"Kajiannya keren dan menyentuh detak jantung khususnya kawula muda dengan pertunjukan kolaborasi musik yang sangat atraktif, terbukti ribuan anak muda dayang berduyun-duyun menikmati sajian spektakuler ini," ujarnya.

Festival yang bertemakan ‘Beat the Tradition’ dengan menampilkan kolaborasi musisi dunia dan nasional ini menggunakan tiga lokasi pertunjukkan, yaitu panggung Mata (Mata stage) , Panggung sora (sora stage) dan Ruang Film Bandung. Acara dimulai di Di Mata Stage dengan Workshop Dance Jaipong oleh Mira Tejaningrum tari Ramwong bersama Universitas Ramkhamhaeng dari Thailand, Workshop Music tentang Perkussi oleh Zineer  dan Colin Bass (Inggris) tampil sebagai pembicara dengan tema Indonesia Music in World Scene.

Di Sora Stage, penampilan Littlelute, Yawri (Ekuador), Parahyena, Kunokini dan Svaraliane dan diakhir dengan penampilan rancak kolaborasi Patrick Shaw Iversen (Norwegia)-Shri Sriram (India) dan Gamelan Shockbreaker . Sedangkan di Ruang Film Bandung diputar berbagai film antara lain Mengejar Dangdut, Sengatan Si Bengal, Jejak Musik Harry Roesli, dan Muslim Headbangers.

Direktur Artistik MWMF Ismet Ruhimat mengatakan, festival ini diharapkan menjadi barometer musik di tingkat internasional. Sebagai festival musik yang baru pertama kali digelar, kata Ismet, MWMF memanfaatkan momentum yang ada untuk membuat strategi. Penyelengaraan tahun ini, kata Ismet, menjadi bahan evaluasi untuk MWMF tahun-tahun berikutnya.

Penyelenggaraan MWMF ini berlanjut hingga Ahad (23/7). Dengan menggunakan panggung yang sama, di Mata Stage menampilan Workshop Tari Rejang Shanti oleh Bulantrisna Djelantik, talkshow bersama Idhar Resmadi dalam tema "Music Writing in Social and Culture Change", Workshop Musik oleh Patrick Shaw Iversen dengan tema "Exploring Traditional Gamelan dengan Musik Elektronik dan Djakawinata Susilo dan Chico akan berbicara tentang "Copyrights in Musica Works".

Selain itu juga ada penampilan dari Balaruna, Cakrawala Mandala Dvi Pantara dan Seratus Persen. Sedangkan di Sora Stage akan ada penampilan Rubah di Selatan,Gilles Saissi and Persahabatan Project (Perancis), Fade to Blue (Taiwan), Kuaetnika, Sambasunda, Colin Bass (Inggris) dan akan ditutup dengan penampilan dari All Star Collaboration.

Menteri Pariwisata Arief Yahya mengacungkan jempol untuk Festiva MWMF di Bandung ini. Menurutnya, Indonesia memiliki dua keuntungan menjadi tuan rumah perhelatan ini. "Pertama, dampak langsung, menarik wisatawan baik nusantara maupun mancanegara hadir di Bandung. Kedua, dampak tidak langsung, yaitu memberikan nilai berita lebih bagi media memberitakan musisi-musisi dunia tampil di Indonesia," ujar Menpar Arief Yahya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement