REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Bagi kebanyakan etnis Tionghoa pergantian tahun yang bertepatan dengan dimulainya musim semi (di negara empat musim) sangat sayang dilewatkan tanpa perayaan. Pergantian tahun yang dikenal sebagai Tahun Baru Imlek menjadi budaya yang telah mengakar selama ribuan tahun. Baik oleh mereka yang berada di negeri asalnya maupun diaspora dan keturunannya yang tersebar di berbagai belahan dunia.
Tahun baru imlek di Indonesiapun memiliki riwayat yang sama tuanya ketika ekspedisi laksamana Ceng Ho ratusan tahun lalu mendarat di Jawa dan sebagian memilih bermukim di sini. Dalam kosakata Sunda dialek lokal Purwakarta pun dikenal istilah "Babaru Cina" (Pabaru Cina- di sebagian daerah lain) merujuk kepada hujan yang berkepanjangan selama sehari yang biasanya terjadi bertepatan pada Hari Raya Imlek.
Adalah Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi yang berinisiatif menjamu makan siang perwakilan warganya yang merayakan Imlek. Acara diadakan pada Jumat (27/1) di pendopo kabupaten dan dihadiri ratusan perwakilan siswa dari berbagai sekolah menengah. Usai makan siang mereka berbaur mengapresiasi ingar bingar musik pengiring Barongsai yang dimainkan teman sebaya mereka dari tim kesenian Kelenteng Bio Kwan Seng Tee Koen Purwakarta.