oleh:Erdy Nasrul/Irfan Fitrat/C75/C79--
Prabowo membutuhkan alat untuk mengamankan suara NU.
JAKARTA-Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD siap berjuang untuk memenangkan pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa pada Pemilihan Presiden 2014. Mahfud pun menyatakan dia bukan negarawan, melainkan pelaku politik.
Menurut Mahfud, beberapa pihak sempat memintanya tidak menerima tawaran dari Prabowo-Hatta dengan alasan sebagai negarawan dan guru bangsa. Namun, Mahfud menyingkirkan pendapat orang bahwa dia adalah negarawan. Mahfud berdalih, dia tidak pernah melabeli dirinya sendiri sebagai negarawan atau guru bangsa.
Karena itu, dia menyingkirkan pendapat orang terkait label tersebut ketika menerima tawaran Prabowo-Hatta. “Bagi saya, dua sebutan itu terlalu tinggi. Saya hanyalah pelaku politik yang harus menentukan pilihan dan perpolitikan nasional,” kata Mahfud, Kamis (22/5).
Kendati demikian, Mahfud mempertimbangkan dengan matang sebelum menerima tawaran itu, termasuk adanya penolakan dari sejumlah pihak. Apalagi, kata dia, sejumlah tokoh Nahdlatul Ulama (NU) mendukung dia menjadi ketua tim pemenangan capres Prabowo dan cawapres Hatta Rajasa.
Mahfud menyatakan, secara keorganisasian, NU yang diorganisasi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tidak berpolitik. Namun, massa NU yang tersebar di seluruh Indonesia berhak aktif dalam politik.
Menurut Mahfud, lebih dari 60 juta massa NU dan tersebar di seluruh Indonesia berhak menentukan pilihan politiknya. “Saya orang NU, jadi mengerti betul kultur mereka,” kata dia. Kendati demikian, Mahfud menyatakan, dia akan merangkul seluruh komponen bangsa.
Mahfud memang berlatar belakang politikus karena pernah menjadi anggota DPR dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Kendati demikian, citra Mahfud sebagai politisi menghilang ketika dia menjadi hakim konstitusi.
Sebagai pengawal UUD 1945, Mahfud kerap dianggap negarawan. Mahfud kembali disibukkan dengan kegiatan politik ketika mendapat undangan mengikuti konvensi Partai Demokrat tahun lalu. Pada masa kampanye lalu, Mahfud menjadi juru kampanye PKB.
Mahfud bukan satu-satunya juru kampanye PKB yang berpihak kepada Prabowo-Hatta. Rhoma Irama dan Ahmad Dhani juga memilih mendukung Prabowo-Hatta, berseberangan dengan keputusan PKB mendukung pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla.
Mahfud menyatakan, dia tidak mencabut dukungan kepada PKB. “Kepada teman-teman PKB yang seaspirasi dengan saya, tetaplah mendukung PKB, tetapi jika soal pemilihan presiden, kita pilih sendiri-sendiri sesuai dengan keyakinan,” ujar dia.
Tidak hanya dari PKB, Prabowo-Hatta juga didukung Hary Tanoesoedibjo dan Fuad Bawazier dari Partai Hanura. George Toisutta juga bergabung menjadi wakil ketua tim pemenangan. Prabowo masih berharap ada tokoh lain yang turut bergabung.
“Yang patriotik, yang ingin kedaulatan bangsa, yang ingin Indonesia berdiri di atas kaki kita sendiri, yang tidak mau jadi antek asing, yang mau Indonesia sejahtera, makmur, dan adil. Kita berharap gabung sama kita,” ujar Prabowo.
Untuk menghadapi Pilpres pada 9 Juli mendatang, Prabowo akan turun ke rakyat. Sebagai bagian dari strategi pemenangan, Prabowo juga mengatakan perlunya sosialisasi kepada masyarakat. “Memberi tahu program kita. Minta mandat dari rakyat dan memperkuat jaringan di akar rumput.”
Pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah, Burhanudin Muhtadi, menyatakan, Prabowo-Hatta butuh sosok yang dapat dijadikan alat untuk mengamankan suara NU pada Pilpres 2014. Mahfud dianggap sebagai orang yang tepat. “Mahfud sadar sepenuhnya dia dijadikan vote getter di kalangan NU,” ujar dia.
Kendati demikian, Burhanudin berpendapat, pasangan Prabowo-Hatta dianggap akan sulit untuk “dijual” ke kalangan kaum nahdliyin. Sebab, Hatta merupakan ketua umum Partai Amanat Nasional yang memiliki basis pendukung dari kalangan Muhammadiyah.
Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Gun Gun Heryanto, pilihan Mahfud bergabung dengan Prabowo-Hatta sulit dan berisiko. Sebab, Mahfud MD sudah dianggap berintegritas dan memiliki latar belakang bagus sebagai ketua MK.
Kendati demikian, dia berharap Mahfud tetap bisa memosisikan diri dengan tepat serta tetap menjunjung etika dan norma. “Jika orientasi Mahfud MD ke depan adalah menteri, maka itu adalah hal kecil bagi seorang Mahfud MD.” ed: ratna puspita
Wajah-Wajah Mahfud
Mahfud MD kembali berganti peran dengan menjadi tim pemenang bakal calon presiden-calon wakil presiden, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Pilihan ini memunculkan pertanyaan mengenai sikap kenegarawanan Mahfud.
Sejak 2000, Mahfud pernah menjadi menteri, politisi, dan hakim konstitusi yang harus mengedepankan sikap sebagai negarawan. Berikut peran yang pernah dimainkan Mahfud dan pernyataannya mengenai negarawan.
Peran Mahfud
23 Agustus 2000, Mahfud ditunjuk menjadi menteri Pertahanan oleh Presiden Abdurrahman Wahid.
20 Juli 2001, Mahfud menjadi menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia.
2004-2008, Mahfud menjadi anggota legislatif dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
2008-April 2013, Mahfud dipilih menjadi hakim konstitusi oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Agustus 2013, Mahfud mendapat undangan untuk mengikuti konvensi Partai Demokrat. Namun, dia menolaknya.
Maret 2014, Mahfud berkampanye untuk PKB pada Pemilihan Umum Legislatif 2014.
April-Mei 2014, Mahfud masuk bursa cawapres Jokowi.
Pernyataan Mahfud
“Kepemimpinan nasional seolah begitu sempit hanya pada tiga hal, yaitu popularitas, akseptabilitas, dan elektabilitas. Itu menurut saya sesat karena ketiga hal itu tidak melahirkan negarawan,” ujar Mahfud, 22 Mei 2012.
“Politik kita saat ini saling sandera, penegakan hukum seolah transaksi jual beli. Hal itu terjadi karena rusaknya sistem rekrutmen politik yang berdasarkan transaksi politik yang kotor,” kata Mahfud, 21 Januari 2013.
“Dengan adanya tim pakar ini, orang-orang yang punya integritas dan negarawan punya kesempatan untuk menjadi hakim konstitusi,” kata Mahfud mengenai seleksi hakim konstitusi, 5 Maret 2014.
“Apa ukuran negarawan? Saya bilang tidak ada. Lihat rekam jejaknya saja. Apa mau meletakkan kepentingan rakyat diatas kepentingan pribadi? Apa dia berkelakuan baik atau tidak, tidak bisa diukur dengan bukti tertulis. Kalau agak meragukan, tidak usah dimasukkan,” kata Mahfud terkait seleksi hakim konstitusi, 5 Maret 2014.
“Hahaha, saya tak merapat ke mana-mana. Mungkin ada yang merapat ke saya. Kalau saya sih merapat ke istri saja. Bagi sebagian orang politik itu adalah kebohongan-kebohongan, tapi bagi saya politik itu seperti permainan yang mengasyikkan untuk memperjuangkan ide,” kata Mahfud menjawab apakah dia bergabung dengan Prabowo-Hatta, 19 Mei 2014.
“Saya nggak tahu itu. Apa yang dikerjakan Komnas HAM anggotanya berapa, lima orang atau berapa saya gak tahu,” kata Mahfud setelah Komnas HAM menyatakan akan mengevaluasi posisinya sebagai penasihat karena mendukung Prabowo-Hatta, 21 Mei 2014.
“Tidak terlalu penting itu, itu sudah menjadi bagian sendiri yang tidak perlu dibicarakan. Ini masalah ide dan perjuangan umat,” kata Mahfud menjawab apakah dia menjadi tim sukses Prabowo-Hatta karena dijanjikan posisi menteri, 21 Mei 2014.
“Saya dilematis. Masa negarawan mau memihak dalam pilpres? Tapi, saya kan tidak pernah menyebut diri saya negarawan atau bapak bangsa,” kata Mahfud, 22 Mei 2014.