REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Bentrok warga dan aparat saat penggusuran Kampung Pulo, Jakarta Timur, Kamis (20/8) mengundang simpati warga lintas wilayah sehingga berbondong-bondong datang. Ratusan orang berkerumun di wilayah penggusuran pada hari kedua relokasi, Jumat (21/8).
Seorang pengunjung lain, Nur Nia, sengaja datang dari Citayam. Dia mengaku melihat langsung kondisi hari pertama penggusuran. Ia merasa sedih dengan situasi yang ia lihat.
Ibu 54 tahun itu sempat tinggal di Kampung Pulo semasa kecilnya dan pindah untuk menghindari banjir langganan. Namun, ia merasa tak sepakat dengan cara penggusuran tersebut. "Menggusurnya kayak ngusir bebek, kita yang punya hati sedih melihatnya," tuturnya.
Nia menyayangkan adanya bentrokan massa dan penyerangan salah sasaran oleh Satpol PP. Ia juga prihatin dengan warga yang merasa dizalimi karena ketiadaan ganti rugi.
Rudolf Paulus Wowor, jauh-jauh datang dari Tambun, Bekasi hanya untuk melihat kondisi penggusuran. "Kemarin lihat di televisi ada bentrok, sekarang ingin memantau perkembangan," ujar kakek 68 tahun itu.
Rudolf mengaku setuju dengan adanya penggusuran demi kebaikan bersama. Pria asal Manado itu sepakat warga bantaran sungai direlokasi ke rumah susun.
Menurutnya, kondisi itu lebih baik bagi mereka karena warga akan terhindar dari banjir. Pemerintah, ungkapnya, juga dapat menerapkan program normalisasi untuk mengatasi bencana musiman itu.