Kamis 12 Apr 2018 00:01 WIB

Keajaiban di Liga Champions: Banyak Jalan Menuju Roma

Roma kini mencari jalan menuju Kiev

 AS Roma  berhasil mengalahkan Barcelona 3-0 pada leg kedua babak delapan besar Liga Champions Eropa di Stadion Olimpico, Rabu (11/4) dini hari WIB.
Foto: AP/Andrew Medichini
AS Roma berhasil mengalahkan Barcelona 3-0 pada leg kedua babak delapan besar Liga Champions Eropa di Stadion Olimpico, Rabu (11/4) dini hari WIB.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Abdullah Sammy, Frederikus Bata, dan Gilang Akbar Prambadi

Salah satu pepatah yang populer di telinga manusia berbunyi "banyak jalan menuju Roma". Konon, pepatah ini berasal dari peristiwa pada masa imperium Romawi.

Tentara Romawi kala itu membangun banyak jalan beraspal yang menghubungkan wilayah-wilayah kekuasaan Romawi. Total jalanan aspal yang dibangun mencapai 80 ribu kilometer.

Mulai dari Irak, Yunani, hingga penjuru Eropa Barat, berbagai jalan dibangun hingga bermuara di pusat kekuasaan dunia saat itu, Roma.

Seluruh jalan itu memiliki tujuan utama menuju Kota Roma. Dengan begitu, pepatah banyak jalan menuju Roma sejatinya juga berarti denotatif, yakni memang tersedia banyak jalan beraspal yang bisa mengantarkan manusia menuju Kota Roma.

Namun, pepatah, "banyak jalan menuju Roma" punya makna yang lebih dalam secara konotatif. Sebab, papatah ini berarti juga sebuah motivasi bahwa jalan untuk mencapai tujuan terbentang luas.

Hingga akhirnya, pepatah banyak jalan menuju Roma menginspirasi banyak manusia untuk selalu berusaha tak kenal lelah. Bahkan, untuk mengusahakan hal-hal yang terlihat mustahil untuk diwujudkan.

Pepatah "banyak jalan menuju Roma" ini terejawantahkan secara nyata pada sebuah pertandingan sepak bola yang berlangsung pada Rabu (11/4) dini hari WIB. Menariknya, bukti sahih tentang pepatah "banyak jalan menuju Roma" ini tersaji di Kota Roma sendiri. Panggungnya adalah laga leg kedua Liga Champions antara AS Roma melawan Barcelona.

Sebelum laga dimulai di Stadion Olimpico, nyaris tak ada yang percaya jika Roma bisa berbicara banyak. Sebab, pada leg pertama, Serigala Ibu Kota ini harus takluk 1-4 dari Barca.

Ini ditambah kenyataan bahwa Barcelona begitu superior musim ini dengan hanya menderita satu kekalahan dari Espanyol di Copa Del Rey. Kekalahan itupun tak berarti sebab Barca kemudian menang pada leg kedua atas Espanyol. Di Liga Champions, rekor Barca pun belum ternoda kekalahan.

Dengan segala fakta itu ditambah hitungan materi di atas kertas, nyaris mustahil jika Roma akan mampu menghentikan Barcelona di perempat final Liga Champions. Namun, pemain asuhan Eusebio Di Francesco itu percaya bahwa "banyak jalan menuju Roma", alias banyak jalan menuju semifinal".

Jalan itu ditempuh Roma secara sensasional dengan membobol gawang Marc Andre Ter Stegen tiga gol tanpa balas. Dunia sontak dibuat terkejut. Laga 90 menit di Roma akhirnya menghadirkan babak baru keajaiban di Liga Champions.

Roma, tim yang tertinggal 1-4 di leg pertama, akhirnya menjadi tim kedua yang lolos ke semifinal Liga Champion bersama Liverpool. "Semula tidak ada yang menyangka kami bisa melakukannya," kata Di Francesco yang larut dalam suka cita bersama anak asuhnya seusai laga, Rabu (11/4).

Di Francesco mengaku, untuk mewujudkan jalan menuju semifinal, Roma berusaha dengan fisik, teknik, dan mental yang sempurna selama 90 menit. Dan, akhirnya jalan menuju semifinal terbuka di Kota Roma.

Di Francesco berjanji, jalan menuju semifinal bukan jalan terakhir yang akan mereka lewati. "Tentu saja, kami percaya kami bisa melaju ke final," ujar Di Fransesco menegaskan.

Senada dengan Di Francesco, kapten Roma Daniele De Rossi tak kalah takjub dengan keberhasilan timnya. De Rossi turut menyumbang gol Roma lewat titik putih. Sebelum gol itu, Edin Dzeko membuka skor bagi Roma. Kostas Manolas menentukan kemenangan sensasional Roma lewat tandukannya pada separuh akhir pertandingan.

"Salah satu hari terindah dalam karier saya," kata De Rossi mengomentari hasil positif timnya kepada Mediset Premium, mengutip dari Football Italia, Rabu (11/4).

Kemenangan Roma ini sontak menciptakan sejarah tersendiri bagi klub yang kini menghuni peringkat tiga di klasemen Liga Italia Seri A itu. Sebab, terakhir kali Roma berada di tahapan empat besar kompetisi terelite benua biru terjadi pada musim 1983/1984.

Sejak memakai format Liga Champions, AS Roma belum sekali pun menginjakkan kaki di empat besar.

Di sisi lain, Barcelona merasa luluh lantak di Roma. Mereka tak menyangka harus angkat bendera putih ketika membawa bekal keunggulan 4-1 pada leg pertama.

Uniknya, keberhasilan Roma ini seakan menjadi de javu atas kisah yang musim lalu dilakukan Barca saat berhadapan dengan PSG. Barca yang kala itu kalah 0-4 pada leg pertama mampu bangkit secara sensasional pada leg kedua dengan menang 6-1.

Barcelona yang musim lalu membuktikan pepatah "banyak jalan menuju Roma", kini yang jadi korban di Kota Roma. "Kekalahan yang pedih. Kami punya hasrat untuk lolos, tinggal satu pertandingan, tapi semua berakhir seperti ini," kata pelatih Barcelona, Ernesto Valverde.

Apa yang terjadi di Olimpico kembali menjadi bukti keajaiban di Liga Champions. Hal yang sangat disadari betul oleh kapten Barcelona Andres Iniesta yang telah banyak mengecap asam garam di kompetisi terelite di benua biru itu.

Bagi Iniesta, segala hal adalah mungkin di sepak bola selama wasit belum meniup peluit panjang. Celakanya, Barcelona yang harus menerima kemungkinan terburuk. "Kami tersingkir karena kami melakukan banyak hal buruk. Liga Champions menghukum Anda karena hal itu," kata pesepak bola 33 tahun, mengutip dari laman resmi UEFA, Rabu (11/4).

Kini, Barcelona harus pulang dari Kota Roma dengan kepala tertunduk. Sedangkan, Roma bertekad membuka jalan baru untuk memperjuangkan peruntungannya di semifinal.

Tapi, perjuangan Roma untuk menemukan jalan baru menuju Kiev alias final dipastikan lebih berat. Butuh lebih banyak usaha secara teknik, fisik, dan mental bagi pasukan Roma untuk membuka jalan menuju final yang akan berlangsung di Kota Kiev, Mei mendatang.

Kubu Roma sadar, hasil yang bakal tercipta di semifinal Liga Champions butuh gabungan dari usaha teknis, fisik, mental, dan keberuntungan yang luar biasa. Sebab faktanya, tak ada hasil yang instan di sepak bola. Karena memang, "Roma tak dibangun dalam semalam."

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement