Rabu 12 Mar 2014 16:55 WIB

Markas Partai Lokal Dilempar Granat, Aceh Makin Panas Jelang Pemilu

Rep: Gilang Akbar Prambadi/ Red: Bilal Ramadhan
Massa pendukung Partai Aceh (PA) berkonvoi menuju kantor Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh Utara di Kota Lhokseumawe, Aceh, Kamis (19/1).
Foto: Antara/Rahmad
Massa pendukung Partai Aceh (PA) berkonvoi menuju kantor Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh Utara di Kota Lhokseumawe, Aceh, Kamis (19/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Teror jelang Pemilu di wilayah Aceh masih terus berlangsung. Setelah rentetan kekerasan yang berujung pada kematian kepada anggota partai setempat, kali ini aksi brutal kembali terjadi.

 

Sebuah kantor Partai Aceh (PA) di Kecamatan Lhueng Bata, Banda Aceh dilempar granat jenis ‘manggis’ pada Selasa (11/3) malam sekitar pukul 20.15 WIB. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut namun seorang anak dilaporkan mengalami luka di bagian kepada akibat serpihan ledakan.

 

Bangunan kantor pun tetap utuh meski bagian lantai dua yang dilempar granat hancur pintu dan kaca-kacanya. Menurut Mabes Polri, sampai saat ini pasukan polisi di Aceh masih melakukan pengumpulan bukti terhadap aksi kejahatan tersebut.

“Kejadiannya merusak kantor saja, dan tidak ada korban jiwa, lima saksi sudah dimintai keterangan,” ujar Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Mabes Polri, Kombes Agus Riyanto di Jakarta Rabu (12/3).

 

Agus mengatakan, mengingat suasana di sekitar lokasi sangat sepi, tidak banyak pihak yang melihat saat peristiwa ini berlangsung. Akibatnya, proses penyelidikan juga tersendat meski sampai ini tempat kejadian masih terus diteliti.

 

Untuk itu, menurutnya Mabes Polri meminta siapapun yang saat ini tengah terlibat dalam lingkup pesta demokrasi di Aceh tidak terpancing dan terprovokasi. Pasalnya, aksi-aksi kejahatan di Aceh jelang Pemilu tak hanya menyasar satu partai saja. Meskipun partai-partai seperi PA dan Partai Nasional Aceh yang dibentuk mantan aktivis Gerakan Aceh Merdeka (GAM),  kerap kali menjadi korban.

 

“Ini menjadi perhatian Mabes Polri, kami harap ini tidak menjadi semakin menggangu kondusifitas di sana, masyarakat harap tenang,” kata dia.

 

Asksi kriminal yang menyasar sebuah partai di Aceh sudah berlangsung sejak tahun lalu dan eskalasinya terus meningkat belakangan. Kapolri Jenderal Sutarman telah mengakui ada unsur politis dibalik rangkaian kejahatan yang bila ditotal telah menewaskan tiga orang ini.

 

Oleh karena itulah, formasi kekuatan di Polda Aceh pun Sutarman rombak. Brigjen Husein Hamidi diangkat menjadi Kapolda setelah sangat mendalam mengenal Aceh semasa menjabat Wakapolda Serambi Mekah. Penggantinya di posisi Wakapolda adalah Brigjen Endang Sunjaya yang sebelumnya menjabat posisi paling disegani di lingkup Mabes Polri, yakni Karo Provost.

 

Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) ikut membaca kerawanan yang justru kian meningkat di Aceh jelang Operasi Mantap Brata 16 Maret nanti. Komisioner mereka, Hamidah Abdurahman menilai, mendekat operasi pengamanan paling besar yang dilakukan Polri, situasi Aceh malah makin meruncing.

 

“Untuk itu kami mengagendakan koordiasai dengan Polda Aceh agar meningkatkan kewaspadaan dan pengamanan di daerah tersebut jelang Pemilu ini,” ujar Hamidah ketika dimintai tanggapannya Rabu.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement