REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko tidak menutup kemungkinan buat pihaknya untuk kembali melakukan impor senjata. Hal ini dilakukan agar teknologi persenjataan Indonesia tidak tertinggal oleh negara lain.
Moeldoko pun memberi contoh terkait rencana pembelian pesawat tempur canggih untuk menggantikan F5 Tiger. Berbagai produsen pesawat tempur, seperti Gripen, Sukhoi, dan F16, sudah masuk ke dalam salah satu kandidat pengganti F5 Tiger. Pembelian ini pun dianggap perlu agar TNI bisa menjaga jarak kualitas teknologi persenjataan dengan negara lain.
''Karena kalau tidak, kami bisa ketinggalan dengan negara-negara lain,'' kata Moeldoko kepada wartawan saat mengunjungi pameran industri pertahanan Indo Defence Expo 2014, Kamis (5/11).
Namun, Moeldoko menegaskan, pihaknya masih akan memprioritaskan produk-produk dalam negeri dalam hal melengkapi alusista yang sudah ada. Salah satu pertimbangan terbesar dalam pembelian senjata, lanjut Moeldoko, haru disertai dengan kemungkinan alih teknologi dengan industri pertahanan dalam negeri.
Ketentuan ini pun sesuai dengan aturan perundang-undangan tentang industri pertahanan, yaitu UU no.16 tahun 2012. Dalam undang-undang tersebut, TNI/Polri diharuskan membeli senjata dari industri lokal. Jika teknologi lokal belum memadai, baru bisa mengimpor senjata dengan ketentuan transfer of tecnology (TOT).
''Produk-produk lokal itu bisa membackup kebutuhan alutsista. Sehingga kalau kami beli produk dari luar, terjadinya transfer teknologi. Nantinya industri pertahanan bisa memproduksi sendiri 100 persen,'' lanjut Moeldoko.