Simpatisan nekad memanjat tiang panggung saat mengikuti kampanye terbuka Partai Hanura di Lapangan Blok S, Jakarta, Jumat (28/3). (Republika/Aditya Pradana Putra)
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berbeda dari pemilu-pemilu sebelumnya, kampanye pada tahun ini dinilai sepi. Tidak terlihat antusiasme warga saat kampanye untuk mendengar orasi politik kecuali untuk melihat hiburan musik atau mendapat bayaran.
Pengamat Politik Universitas Negeri Padang (UNP) Nora Eka Putri menilai hal tersebut tak lepas dari kejenuhan masyarakat terhadap partai politik (parpol) yang lebih banyak mengumbar janji. Apalagi, janji-janji parpol pada pemilu 2009 banyak yang belum terbayar selama lima tahun terakhir ini.
"Ini yang menyebabkan masyarakat tidak bersemangat lagi untuk mengikuti kampanye dan memilih dalam pemilu," kata Nora saat dihubungi Republika, Senin (31/3).
Nora mengindikasikan berkurangnya partisipasi masyarakat itu dalam sejumlah pemilukada di beberapa daerah selama lima tahun ini yang menunjukan tingginya angka golput hingga hampir mencapai angka 50 persen. Selain itu, salah satu penyebab tidak antusiasnya rakyat pada kampenye dan pemilu adalah citra partai politik yang terlibat dalam kasus hukum, terutama korupsi.
Wajah-wajah lama politikus di tubuh partai juga mendorong apatisme warga. Partai politik yang baru seperti Hanura, Gerindra, dan Nasdem juga dinilai tak mampu mendongkrak citra parpol. Karena, meski partai baru tetapi isinya juga orang-orang lama.
Sebelumnya, politisi senior Partai Golkar Akbar Tanjung juga menilai tahun politik 2014 tidak menciptakan kondisi meriah. Pemilu saat ini terkesan monoton dan tidak semarak.
Menurutnya, kondisi tersebut memberi petunjuk tentang kegagalan terlibat pemilu untuk meyakinkan masyarakat. Akbar menceritakan, jika acuannya adalah sejarah, tahun-tahun politik sebelum reformasi jauh lebih 'membara'.
Akbar mencatat, gelagat dan kondisi politik pascareformasi, semakin membawa kelesuan dan kemerosotan kepercayaan masyarakat. Kondisi tersebut, bisa jadi penyebab utama tidak meriahnya pemilu sekarang.
Sedangkan Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sigit Pamungkas mengatakan, tahapan kampanye pemilu legislatif 2014 terpantau lebih sepi. Dibandingkan dengan hiruk pikuk kampanye pada pemilu periode sebelumnya.
"Kampanye saat ini tampak relatif lebih sepi. Namun ada pergeseran, peserta pemilu lebih rasional dalam menggunakan metode kampanye," kata Sigit, di kantor KPU, Jakarta, Kamis (27/3).
Sigit menilai kampanye yang dilakukan peserta pemilu saat ini mengarah pada normalisasi kampanye. Dari satu kampanye yang selama ini tidak berada di jalur yang tepat. Dari kampanye yang sebelumnya kelihatan semarak dengan unsur mobilisasi yang dominan. Namun timbal baik yang dihasilkan tidak memaksimalkan pendidikan politik.