REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon presiden yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menyadari, elektabilitasnya mulai turun setelah muncul banyak serangan negatif dari lawan politik yang dialamatkan padanya. Menurut Jokowi, hal seperti itu wajar terjadi dalam dinamika politik.
"Yang namanya elektabilitas bisa naik dan turun. Sekarang naik, besok turun. Sekarang turun, besok naik. Ya biasa," ujar capres yang mendeklarasikan diri di rumah Si Pitung tersebut, Kamis (24/4).
Menurut Jokowi, agar elektabilitasnya tak terus merosot, dia harus menggandeng calon wakil presiden yang tepat, yang bisa membantu mendongkrak popularitasnya. Sebab, Jokowi sadar, masyarakat saat ini memang sedang menunggu-nunggu siapa figur yang akan dia gandeng sebagai cawapres.
Meski demikian, Jokowi mengatakan, elektabilitas bukanlah satu-satunya pertimbangan dalam menentukan cawapres. Ada sejumlah kriteria lain yang juga harus diperhatikan, misalnya kredibilitas dan kecocokan.
Sebab, ujar Jokowi, memilih cawapres bukan hanya masalah bisa memenangkan pilpres saja. Lebih dari itu, memilih cawapres sama saja dengan menetukan nasib bangsa Indonesia untuk lima tahun ke depan.
"Hitungannya bukan hanya untuk memenangkan pilpres. Pasca pilpresnya juga harus dihitung. Karena ini bukan urusan menang dan kalah saja, tapi urusan 240 juta rakyat Indonesia," kata Jokowi.