Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto (kanan) bersama Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie memberikan keterangan pers usai pertemuan tertutup di Jakarta, Selasa (29/4). (Republika/Aditya Pradana Putra )
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jika Capres Partai Gerindra Prabowo Subianto menerima Aburizal Bakrie (Ical) sebagai cawapresnya, maka hal itu akan menjadi bencana bagi Partai Golkar maupun Gerindra.
Pengamat Politik Charta Politika, Yunarto Wijaya menyatakan pasangan Prabowo-Ical layaknya kartu mati. Kedua tokoh ini, kata dia, sulit menghindar dari persepsi negatif publik yang berkembang selama ini.
"Memang pasangan Prabowo-ARB (Ical) berpotensi menjadi anti-klimaks apabila tidak bisa menanggulangi beberapa persepsi negatif yang muncul," jelas Yunarto saat dihubungi di Jakarta, Selasa (6/5).
Sejumlah kelemahan ini adalah Prabowo-Ical sama-sama tokoh orde baru yang akan sulit diterima publik. Selain itu, lanjutnya, mereka juga bukan kombinasi sosok yang sama-sama diidolakan oleh rakyat. "Kalau mereka (Prabowo-Ical) berduet maka menjadi keuntungan tersendiri bagi Capres PDI Perjuangan Joko Widodo.
Jika dipersepsikan sebagai kombinasi masa lalu, maka Jokowi akan diuntungkan. Sebab Jokowi akan ditempatkan sebagai tokoh alternatif.
Di sisi lain, Ical-Prabowo memiliki beban masa lalu yang bisa mengganggu. Prabowo masih dikaitkan dengan isu penculikan. Sementara Ical juga masih dikaitkan dengan isu lumpur lapindo. "Buat sebagian segmen pemilih ini akan sulit untuk ditolerir," kata Yunarto.
Sebelumnya, Aburizal Bakrie menyiratkan akan menurunkan posisinya dari capres menjadi cawapres, jika Gerindra berkoalisi dengan Golkar. Isyarat bersedia jadi cawapres Prabowo ini, bahkan sudah tergambar dari penjelasan Ical saat bertemu dengan elemen Hasta Karya partai Golkar, Senin (5/5) malam.