Pedagang menata kaos bergambar Jokowi di kawasan Pasar Baru, Jakarta Pusat, Kamis (27/3). (foto: Raisan Al Farisi)
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kampanye hitam semakin mudah ditemui di dunia maya. Terbaru, muncul iklan kematian Jokowi yang beredar di media sosial. Kemunculan iklan tersebut langsung mengundang protes publik.
Pakar personal branding Universitas Indonesia Dewi Haroen mengatakan, munculnya iklan kematiam Jokowi akan memunculkan dua pihak, yang satu diuntungkan dan satunya dirugikan.
Dia menyebut, gara-gara iklan tersebut, pendukung Jokowi langsung bereaksi keras dengan merasa disudutkan kubu lawan. "Pihak Prabowo dirugikan karena stigma negatif selalu dialamatkan kepadanya," kata Dewi, Jumat (9/5).
Belakangan ini, ramai beredar gambar ucapan duka cita di Facebook dan Twitter. Muatannya berisi iklan yang muncul di surat kabar bergambar Jokowi dengan bertuliskan Ir Herbertus Joko Widodo. Di situ, tercantum tulisan yang mengumumkan 'kematian' Jokowi pada 4 Mei 2014.
Menurut dia, kubu Jokowi bisa saja mendulang keuntungan besar dari kampanye negatif itu. Pasalnya, Gubernur DKI Jakarta tersebut merasa menjadi teraniaya.
Dalam sejarah pemilu di Indonesia, kata dia, capres yang terkesan dizolimi biasanya banyak mendapatkan simpati dan dukungan publik. "Masalahnya, apakah kubu Prabowo yang melakukan hal ini? Belum tentu juga," katanya.
Dalam perspektif untung dan rugi, menurut Dewi, tim sukses tidak boleh lagi melakukan tindakan yang tak mendidik. Dia mengimbau dua kandidat kuat di pemilu itu bisa saling menahan diri. "Rakyat tidak boleh dibodohi lagi dengan hal-hal seperti ini," ujar Dewi.