REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penampilan dua pasangan capres-cawapres pada acara debat kandidat pada Senin lalu hingga kini masih ramai diperbincangkan masyarakat. Pakar suara dari The Indonesian Choir and Voice Production, Jay Wijayanto, melakukan analisis dari segi produksi suara kedua pasangan tersebut.
Menurut Jay, capres nomor urut satu, Prabowo Subianto, pada saat memulai debat menggunakan tone suara menengah. Namun, ketika diajukan pertanyaan soal Hak Asasi Manusia (HAM) oleh Jusuf Kalla, intonasinya makin kuat.
"Waktu bicara soal HAM, suara Prabowo goyah. Dia mulai terpengaruh secara emosi, tapi dia tetap harus bicara," ujar Jay di media center Jokowi-JK, Jalan Cemara Nomor 19, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (11/6).
Suara Prabowo yang goyah tersebut, menurut dia, juga disertai serak dan perubahan warna suara seperti orang tercekat. Jay menilai, produksi suara yang seperti itu dipicu oleh emosi yang tidak stabil. Bisa juga, kata dia, karena ada kemarahan atau pernyataan bohong.
Jay juga mengatakan, Prabowo memilih intonasi suara tegas untuk meyakinkan masyarakat mengenai penjelasannya yang menurut dia mengawang-ngawang. "Prabowo berusaha meyakinkan orang bahwa yang saya lakukan ini benar," kata pemeran tokoh Zaitun dalam film Sang Pemimpi tersebut.
Sebaliknya, kata dia, Jokowi justru terlihat natural saat tampil dalam debat kandidat. Jay menilai, capres dengan nomor urut dua itu berbicara dengan tone yang stabil. Menurut dia, hal itu terjadi karena Jokowi berbicara mengenai apa yang sudah dia lakukan sehari-hari. Sehingga, gaya berbicaranya seperti orang yang bercerita.
"Pembicaraan Jokowi di panggung dan sehari-hari relatif tidak ada beda. Itu kewajaran," ujar Jay yang mengaku menjadi pengarah yel-yel untuk pendukung Jokowi-JK.