REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Founder Komunitas Pecinta Astronomi Indonesia Andi Sitti Maryam MSi mengungkapkan, sebenarnya tidak sulit untuk melihat gerhana matahari total yang jatuh pada Rabu (9/3). Dia menjelaskan, para pelajar dan masyarakat umum bisa menggunakan kamera lubang jarum untuk menyaksikan fenomena langka tersebut.
"Untuk melihat gerhana matahari, bisa dilakukan dengan mengguNakan teleskop, kaca mata filter matahari dan kamera luang jarum yang terbuat dari kardus. Jika teleskop, anak-anak masih tidak memiliki alat tersebut, sehingga alat paling sederhana dengan menggunakan kacamata filter matahari dan kamera lubang jarum," tuturnya di hadapan 60 siswa kelas VIII SMP Islam Al Azhar 13 Surabaya, Senin (7/3).
Dia menjelaskan, kamera lubang jarum mudah dibuat dari media kardus dan kertas. Dengan media ini, pelajar juga aman melihat bayangan induksi matahari dari sinar yang masuk melalui lubang jarum terbuat dari kardus.
"Ada beberapa jenis gerhana matahari, yaitu gerhana matahari total, gerhana matahari cincin, gerhana matahari sebagian dan gerhana matahari hibrida. Gerhana matahari sering terjadi, tetapi langka untuk sebuah tempat di Bumi, seperti Indonesia. Setelah 2016, baru akan terjadi lagi di tahun 2042," jelasnya.
Maryam, sapaan akrabnya menuturkan gerhana matahari tahun ini melewati banyak pulau di Indonesia. Pertama Sumatra Selatan, Kalimantan, Sulawesi dan Ternate, sementara di Jawa tidak akan mengalami gerhana matahari total, yaitu sekitar 83 persen.
"83 persen bayangan matahari akan tertutup bayangan bulan. Kira-kira tahap pertama gerhana akan dimulai pukul 06.30, yaitu tahapnya bulan akan memasuki piringan matahari, dan mencapai 83 persen pada pukul 07.30 WIB dan akan berakhir 08.30," terangnya.
Siswa SMP Islam Al Azhar 13, Deanya parahita (14) menjelaskan hanya pernah mendengar adanya gerhana matahari, namun belum pernah melihat sendiri proses gerhana dan bentuk gerhana.