Rabu 04 Jan 2017 08:37 WIB

DPR Berharap Kualitas Pendidikan Indonesia Membaik pada 2017

Rep: Qommaria Rostanti/ Red: Dwi Murdaningsih
Peserta mengikuti permainan Rush Hour saat kegiatan belajar matematika dalam Pesantren Sains dan Matematika di Masjid At-tin, Jakarta, Sabtu (31/12). Republika/Tahta Aidilla
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Peserta mengikuti permainan Rush Hour saat kegiatan belajar matematika dalam Pesantren Sains dan Matematika di Masjid At-tin, Jakarta, Sabtu (31/12). Republika/Tahta Aidilla

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Wakil Ketua Komisi X DPR RI Fikri Faqih berharap kualitas pendidikan Indonesia pada 2017 membaik. Harapan tersebut khususnya disampaikan kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang memiliki tupoksi merumuskan kebijakan sedari dini, yaitu wajib belajar 12 tahun.

Menurut dia, Kemendikbud memiliki beban lebih berat. Karena di usia SD hingga SMA/SMK adalah masa emas seorang siswa tersebut dididik. "Jika kualitas di level ini membaik, maka jenjang setelahnya, baik di level perguruan tinggi maupun di dunia kerja, akan semakin mudah. Indikator keberhasilan Nawacita dapat tercermin di level ini,” ujar Fikri, semalam.

Dalam visi Nawacita atau sembilan agenda prioritas pembangunan nasional, pemerintahan Jokowi-JK memiliki fokus kerja untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia. Rumusan implementasi dari visi tersebut, tertuang dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) 2015-2019 di mana pembangunan pendidikan Indonesia dalam periode tersebut ditujukan untuk peningkatan daya saing global.

Dia berharap pada 2017 tidak banyak lagi persoalan politik yang menganggu kinerja pendidikan, seperti reshuffle kabinet. Oleh karena itu, pergantian kepemimpinan berkonsekuensi pada pergantian kebijakan di tataran riil. Padahal, kata Fikri, dunia pendidikan sejatinya bukanlah dunia coba-coba. Semua harus dirumuskan dengan bijaksana berdasarkan data.

Dalam Survei Programme International Student Assessment (PISA) yang dirilis terakhir tahun 2015, pendidikan Indonesia mengalami peningkatan enam peringkat, yaitu dari 71 ke 64 dibandingkan 2012. Survei ini dilakukan di 72 negara Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), yang melihat kemampuan membaca, sains, dan matematika pada anak yang berusia 15 tahun dengan dipilih secara acak. Hasilnya, kemampuan membaca naik 10 poin, sains 32 poin, dan matematika 17 poin.

Politikus dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini mengatakan, membaiknya peringkat dunia tersebut tentu masih perlu digenjot. Singapura menjadi negara di ASEAN yang menempati urutan pertama survei PISA. Bahkan, mengalahkan Inggris, Jerman, Belanda. "Tentu, jika Indonesia ingin maju, maka mau tidak mau tiga kompetensi dasar tersebut harus terus ditingkatkan melalui perencanaan kebijakan yang matang di level kementerian,” kata dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement