Selasa 02 May 2017 17:45 WIB

Peringati Hardiknas, Siswa Kota Bandung Pecahkan Rektor Main Musik

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Andi Nur Aminah
Sejumlah siswa SD memainkan alat musik pianika bersama-sama dalam rangka Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di Balaikota Bandung, Jalan Wastukencana, Selasa (2/5).
Foto: Mahmud Muhyidin
Sejumlah siswa SD memainkan alat musik pianika bersama-sama dalam rangka Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di Balaikota Bandung, Jalan Wastukencana, Selasa (2/5).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tingkat Kota Bandung tahun ini, berbeda dari tahun biasanya. Karena, dalam acara peringatan Hardiknas tersebut, sebanyak 2.110 siswa kelas tiga dan empat dari 80 SD se-Kota Bandung memecahkan rekor dengan memainkan alat musik pianika dan keyboard terbanyak di Indonesia.

Tiga lagu dimainkan oleh para peserta, yakni lagu 'Halo-Halo Bandung', 'Pergi Belajar', dan lagu 'Hymne Guru'. Rekor tersebut dicatat oleh Original Records Indonesia dan diserahkan kepada Wali Kota Bandung M Ridwan Kamil dalam rangkaian peringatan Hari Pendidikan Nasional tingkat Kota Bandung di Plaza Balai Kota Bandung, Selasa (2/5).

Ridwan Kamil menyarakan angga dengan perkembangan proses pendidikan di Kota Bandung. Karena, saat ini Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dalam bidang pendidikan sudah mencapai angka 90 persen. “Berarti akses pendidikan di Kota Bandung ini kualitas dan indeks manusia dari sisi pendidikan menjadi salah satu yang terbaik di Indonesia,” ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil kepada wartawan di Balai Kota, Selasa (2/5).

Emil mengatakan, pada peringatan tahun ini, ia ingin mengingatkan kembali visi pendidikan Kota Bandung sebagai gerakan bersama. Karena, pendidikan bukan sekadar tugas pemerintah atau pun sekolah, melainkan semua pihak perlu turut mensukseskan pendidikan di negeri ini.

“Kalau gerakan itu artinya jangan melemparkan tanggung jawab pendidikan ini hanya kepada institusi," katanya. 

Karena, kata dia, nasihat Ki Hajar Dewantara, pendidikan itu ada tiga. Yakni, ada di rumah, di sekolah, dan di masyarakat. "Jangan hanya mengandalkan anak itu hanya dididik di sekolah,” katanya.

Oleh karena itu, kata dia, untuk mewujudkan pendidikan karakter yang selama ini diusung oleh pemerintah pusat harus menjadi tanggung jawab bersama, mulai dari orang tua, guru, dan masyarakat. Untuk mewujudkan hal tersebut, Pemkot Bandung pun membuat program pendidikan seperti Magrib mengaji dan lain-lain sebagai bagian dari pendidikan di masyarakat. 

"Kemudian orang tua juga sediakan waktu yang berkualitas mendidik anak-anak. Minimal pendidikan karakter,” katanya.

Sistem ini, kata dia, diyakininya akan mampu mendorong generasi muda untuk menyukseskan Indonesia Emas pada dekade mendatang. Dengan menyiapkan kualitas anak-anak muda yang kompetitif, Emil percaya akan memberikan dampak luar biasa pada bonus demografi tahun 2045. 

Pada tahun tersebut, Indonesia nantinya bisa menjadi rangking tiga terbaik dunia. Dengan syarat bonus demografi SDM Indonesianya kompetitif. "Kompetitif datang dari pendidikan yang baik," katanya. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement