Selasa 24 Apr 2018 18:55 WIB

Sekolah Harus Penuhi Kebutuhan 'Kids Zaman Now'

Kebutuhan dunia kerja telah melalui perubahan yang sangat cepat

Rep: Eric Iskandarsjah/ Red: Fernan Rahadi
Pendiri Gerakan Sekolah Menyenangkan, Muhammad Nur Rizal
Foto: Republika/Bowo Pribadi
Pendiri Gerakan Sekolah Menyenangkan, Muhammad Nur Rizal

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Sistem pendidikan sekolah dasar (SD) di Indonesia dinilai sudah tak sesuai dengan kondisi saat ini. Hal ini pun kemudian mendorong pendiri gerakan sekolah menyenangkan (GSM), Muhammad Nur Rizal untuk melakukan perubahan yang melibatkan kepala sekolah. Perubahan yang ia harapkan adalah perubahan yang membuat sekolah dapat memenuhi kebutuhan 'kids zaman now'.

Ia menilai, dalam era revolusi industri 4.0, kebutuhan dunia kerja telah melalui perubahan yang sangat cepat, namun sekolah tidak ada perubahan yang signifikan selama ratusan tahun. "Muridnya merupakan masyarakat abad 21, gurunya abad 20 dan kelasnya masih menganut desain abad 19," ujar rizal usai menjadi pemateri dalam workshop bertema membangun pendidikan yang bernalar dan penguatan karakter melalui GSM yang digelar oleh Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sleman pada Senin (23/4).

Menurutnya, agar dapat memenuhi kebutuhan 'kids zaman now', maka sekolah harus menerapkan sistem personalized learning. Artinya, guru harus memiliki pemahaman yang mendalam terkait karakter dan potensi dari masing-masing murid. Kemudian, guru dapat memberikan pendekatan yang berbeda bagi masing-masing murid sehingga informasi dapat tersampaikan sesuai dengan kapasitas murid.

"Setiap anak itu unik dan berbeda. Mereka memiliki gairah dan ketertarikan yang berbeda. Tetapi, sekolah selama ini justru menyeragamkan sehingga murid kehilangan gairah untuk belajar," kata dia dalam kegiatan yang diikuti oleh sekitar 40 kepala sekolah SD negeri di Sleman.

Ia pun menekankan, murid yang sedikit lebih lambat dalam megejar ketertinggalan dalam akademis jangan lagi dianggap sebagai anak yang gagal. Sebenarnya, murid tersebut hanya membutuhkan waktu, motivasi, inspirasi . Jangan-jangan, lanjutnya, dengan pendekatan yang lebih personal itu, justru murid tersebutlah yang dapat lebih melesat kreativitas dan prestasinya.

Terkait hal ini, ia mengumpamakan seperti saat seorang anak sedang bermain game dalam gawai, yang pada umumnya setiap game memiliki level yang berbeda-beda. Level yang mampu dicapai oleh masing-masing anak dalam bermain game pun berbeda-beda, begitupun dalam dunia pendidikan.

Selain itu, ia juga menilai layout kelas atau susunan tempat duduk murid juga merupakan hal yang sangat signifikan dalam mendukung proses pembelajaran yang optimal. Menurutnya, susunan yang paing sesuai adalah posisi tempat duduk melingkar satu lapis, bukan lay out konvensional dengan urutan dari depan ke belakang dan menghadap ke papan tulis atau guru.

"Revolusi tata ruang kelas itu akan berpengaruh terhadap kesetaraan akses murid terhadap sumber pembelajaran. Susunan melingkar itu membuat seluruh anak memiliki akses yang sama. Sedangkan susunan konvensional membuat anak yang duduk di belakang memperoleh keterbatasan akses," ucapnya.

Menurut dia, berdasar pengematanya, lay out kelas adalah salah satu titik awal dari perubahan dalam pemelajaran di sekolah. Namun, ia mengaku,hingga saat ini, yang menerapkan kelas melingkar masih sangat minim.

Terkait kegiatan workshop ini, Kepla Bidang Pembinaan SD Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sleman, Dwi Warni Yuliastuti berharap, kegiatan ini dapat memberi dampak positif bagi peningkatan kompetensi kepala sekolah dan peningkatan mutu pendidikan di Kabupaten Sleman. "Selain itu, semoga kegiatan ini dapat meingkatkan kinerja sekolah, meningkatkan motivasi prestasi kepala sekolah dan memotivasi kepala sekolah untuk terus menjadi pembelajar," kata Dwi.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement