REPUBLIKA.CO.ID, MADRID -- Empat tahun lalu, di Afrika Selatan, Spanyol berhasil mendominasi dunia sepak bola. Kesuksesan La Furia Roja ini merupakan lanjutan dari keberhasilan menjuarai Piala Eropa 2008. Belum lagi, saat Spanyol kembali menguasai Eropa pada musim 2008. Keunggulan Spanyol di antara tim-tim lain di dunia adalah karena tiki-taka.
Tiki-taka adalah taktik permainan yang mengandalkan penguasaan bola melalui operan pendek cepat dan kemudian mengejutkan lawan dengan umpan terobosan mematikan di dalam kotak penalti. Dimotori Xavi Hernandez dan Andres Iniesta di lini tengah, permainan tiki-taka Spanyol begitu hidup dan membuat lawan frustrasi di Piala Dunia 2010.
Di edisi terbaru Piala Dunia, Brasil 2014, Spanyol bakal kembali mengandalkan tiki-taka demi bisa mempertahankan trofi Piala Dunia. Namun, mulai ada kekhawatiran soal kemampuan adaptasi tim-tim lain terhadap gaya permainan Spanyol tersebut. Menghadapi Spanyol, tim-tim lain akan berusaha menjaga ritme permainan dan mengandalkan serangan balik cepat. Sama seperti yang dilakukan Italia saat menahan imbang Spanyol pada laga putaran grup Piala Eropa 2012.
Tidak hanya itu, kekhawatiran juga diembuskan justru dari dalam sistem tiki-taka tersebut. Terus memainkan operan-operan pendek, skuat Spanyol justru terkadang lupa untuk memberikan ancaman langsung ke arah gawang lawan. Kekhawatiran ini sudah disadari oleh pelatih Spanyol, Vicente del Bosque.
Dia berjanji tiki-taka akan mengalami perubahan di Brasil. Spanyol optimistis akan menghadirkan strategi kejuta yang tidak akan terbaca lawan. Tiki-taka gaya baru Del Bosque akan tidak melulu soal operan pendek, tetapi akselerasi dari kedua sisi sayap serta umpan panjang.
''Operan terakhir juga sama pentingnya dengan penguasaan bola lewat operan-operan pendek. Sepak bola tidak hanya umpan-umpan pendek. Operan bola-bola panjang juga memegang peranan penting, begitu juga kedalaman skuat,'' kata Del Bosque dalam sebuah wawancara eksklusif dengan media asal Jerman, Bild, awal Maret.