REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Tas mewah adalah kebutuhan primer bagi sosialita di negara manapun di dunia. Burberry menjadi salah satu brand yang menjadi favorit wanita muda di seluruh dunia yang kini tengah berjuang untuk mempertahankan penjualannya di tengah krisis ekonomi Eropa dan Amerika.
Tampaknya Burberry mengalami diversifikasi pasar yang cepat dengan menguasai Asia, khususnya Cina dan Hong Kong. Kedua negara ini membantu Burberry tetap mencatat penjualan tertinggi tiga bulan pertama tahun ini, bahkan mengalahkan pesaingnya, Louis Vuitton.
Chief Executive Burberry, Angela Ahrendts mengatakan di tengah merosotnya ekonomi global, penjualan grosir di Eropa telah merosot dan sebagian toko Burberry mengalami penurunan jumlah pengunjung. "Namun, permintaan kuat untuk tas dan pernak pernik fashion di Cina dan Hong Kong tetap tinggi," ujarnya dikutip dari the Guardian, Ahad (21/4).
Peningkatan penjualan di Cina mencapai delapan persen dalam tiga bulan terakhir dengan kenaikan dua digit di Cina dan Hong Kong. Perusahaan ini juga membuka peluang untuk memperluas platform bisnisnya dengan produk-produk kecantikan yang baru, supaya harga jual eceran rata-ratanya meningkat.
Burberry, kata Ahrendts, berencana membuka 25 toko baru dan 10 konsesi baru, terutama di Cina dan Amerika Latin. Sementara, Burberry juga akan menutup sejumlah gerainya di Eropa. Total penjualan Burberry naik sembilan persen mencapai 1,1 miliar poundsterling selama triwulan I 2013.