Jumat 30 Aug 2013 09:39 WIB

Tato Henna, Seperti Apakah?

Remaja Muslim melukiskan tato hena di atas tangan remaja non-Muslim Wimbledon, Inggris. Tato henna gratis dan makanan tradisional mewarnai kampanye Ramadhan Muslim kota ini.
Foto: Guardian
Remaja Muslim melukiskan tato hena di atas tangan remaja non-Muslim Wimbledon, Inggris. Tato henna gratis dan makanan tradisional mewarnai kampanye Ramadhan Muslim kota ini.

REPUBLIKA.CO.ID, Gaya India Look memang belum berakhir. Setelah aksesori, bordir, dan bindi dalam setahun ini -- kini giliran tato yang menjadi tren. Jangan salah, tato dari India ini sifatnya hanya sementara, karena memakai bahan dasar henna, tumbuhan yang diramu menjadi pewarna -- kita menyebutnya pacar. 

Sifatnya yang non permanen memungkinkan Anda untuk mengganti aneka model setiap tiga pekan sekali. ''Tanpa risiko dan efek samping apa pun,'' kata Nila Anggi, seorang peminat tato henna. Selain terlihat gaya, tato ini juga bermanfaat untuk menyamarkan 'cacat' kulit yang agak mengganggu. Misalnya bekas luka yang tak bisa dihilangkan, atau 'tato alami' bekas imunisasi BCG jaman kita kecil dulu. 

Bahan utama tato ini berupa bubuk henna siap pakai. Bubuk ini direndam semalaman sampai keluar warna oranye tua sebelum akhirnya dimasukkan corong plastik, mirip cone untuk menghias tart. Setelah pentatoan, biarkan selama tiga atau empat jam sampai henna terkelupas. 

Salah satu ahli tato terkemuka di Jakarta adalah Pratibha SN atau biasa dipanggil Pretty. Menurut Pretty, tato saat ini merupakan bagian dari fashion. Tren tato yang marak beberapa bulan terakhir, menurutnya, mematahkan anggapan bahwa tato identik dengan dunia hitam. ''Banyak selebriti dan publik figur yang memasang tato henna di tubuhnya,'' ungkap dia.

Di tempat praktiknya, Pretty hanya melayani tato non permanen. Meski mengaku bisa membuat tato permanen, ia menolak untuk melayani permintaan itu. ''Banyak risikonya,'' ujarnya singkat. Risiko yang dimaksudnya adalah kemungkinan kontaminasi jarum oleh virus dan kesulitan pemakai untuk menghilangkan jika sewaktu-waktu bosan. ''Selain itu, agama Islam melarang pemakaian tato permanen kan,'' tambahnya. Maklum saja, ia memang belajar tato langsung ke Gujarat, salah satu kawasan Muslim di India. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement