REPUBLIKA.CO.ID, Penduduk di Aceh sampai Papua memiliki kain tenun khas daerahnya sendiri. Dengan benang, bahan, dan motif yang mencerminkan kebudayaan setempat secara spesifik. Sayangnya, keunikan itu belum banyak terungkap.
Menjadikan tenun bak mutiara yang tersaput lumpur. Karena itu Cita Tenun Indonesia berniat melestarikan sekaligus mengembangkan tenun Nusantara. Sejak berdiri pada Mei 2008, organisasi ini sudah menggarap tenun dari daerah Sulawesi Tenggara dan Baduy. Rencananya, tahun ini pengembangan tenun palembang, bali, lombok, dan manggarai dimulai.
Ada perbedaan pada tiap kain tenun. Desainer Era Sukamto yang membuat koleksi rancangan dari tenun baduy mengatakan hampir semua tenun di Indonesia kental dengan motif tradisionalnya. Namun, tenun baduy memiliki motif sebaliknya. Tenun baduy luar yang bermotif kotak-kotak biasanya terdiri dari tiga warna yaitu merah, biru, dan kuning di atas kain hitam.
Kotak-kotak serupa ada pula di tenun wakatobi di Sulawesi Tenggara. Tenun ini berwarna cerah dengan motif kotak atau garis yang lebih luwes.Di daerah lain, tenun pun banyak berhias dengan benang emas. Tengok saja hamparan tenun bali, bangka, lalu songket silangkang serta tenun pandai sikek, tenun palembang, dan kain asal Sumatra Barat yang semuanya ditampilkan saat bazaar di Galeri Cita Tenun Indonesia di Jalan Tirtayasa 3 No 15, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Teknik menenun ditemukan pula di Garut dan Pekalongan, dua daerah yang dikenal juga sebagai penghasil batik. Berbeda dengan tenun di luar Jawa yang meriah akan warna serta bertekstur cukup berat, kain tenun garut dan pekalongan melambai ringan dan menggunakan kain serta benang sewarna.
Konsultan tenun Cita Tenun Indonesia, Wignyo Rahadi, menambahkan ke depannya tak tertutup kemungkinan lahir tenun yang kian cantik. Itu berkat campur tangan organisasi ini. ''Selama ini motif serta warna tenun dalam negeri masih kurang baik,'' katanya.