REPUBLIKA.CO.ID, Desainer Stephanus Hamy muncul dengan ragam tenun dari Sumba Timur. Tenun menjadi senjata Hamy kali ini dalam mempersembahkan busana untuk kaum Hawa. Selain tenun Sumba Timur, Hamy berkarya pula dengan tenun Nusa Tenggara Timur, khususnya dari Kabupaten Sikka.
Tenun Sikka memang terkenal dengan kain tradisional adat yang dipakai untuk upacara. Tetapi, yang digunakan adalah tenun yang berbeda, bukan kain khusus untuk upa cara adat. “Tenun ini sudah kami modifikasi,” ujar Sabena, asisten Hamy.
Modifikasi dilakukan mulai dari desain motif, hingga penggunaan warna. Meski dimodifikasi, unsur budaya dan adat yang kental tidak ditinggalkan. Sebab, desain motif masih mengadaptasi dari aslinya.
Perancang yang karyanya mendapat penghargaan dari Ibu Negara Ani Yudhoyono ini mengolaborasikan pula lurik Jogja dan songket Bali. Motif lurik yang lebih monoton berpadu dengan tenun eksentrik. Peleburan ini menjadikan busana tampak lebih elegan, tapi dengan sentuhan yang berani. Warna cerah yang digunakan tidak mencolok akibat penggunaan pewarna alam. Busana pun terlihat lebih sederhana, tapi elegan.