REPUBLIKA.CO.ID, Sarimbit, menurut bahasa Jawa, berarti sepasang. Dunia mode lalu menerjemahkan sarimbit sebagai busana berkain kembar yang dikenakan sepasang suami istri atau laki-laki dan perempuan. Sarimbit pun berkembang. Dari sekadar atasan bermotif kain yang sama menjadi sentuhan serupa dalam busana sepasang lelaki dan perempuan.

Karena mode harus selalu berinovasi demi menanggalkan kebosanan dan menciptakan sebuah gaya baru, sarimbit juga berubah wujud dalam bentuk warna senada, bukan sekadar motif yang sama saja. Dalam balutan busana berwarna sama, kekhasan sarimbit bisa tetap muncul lewat penggalan kain yang serupa pula. Jika kain itu menjadi aksen di bagian dada busana pria, maka di bagian bawah tunik perempuan kain itu menghiasi.

Sebagai alternatif berbusana seluruh keluarga, sarimbit memang menarik sebagai pilihan. Bukan hanya bisa kelihatan serasi dengan pasangan, sarimbit dapat menyelaraskan pula busana orangtua dengan buah hatinya. Untuk itu, pilihlah kain yang bermotif ringan. Hindari motif yang padat dan warna-warna berat bagi anak. Tips lainnya, jadikan kain sarimbit sebagai aksen busana anak-anak. Kesan serasi nan segar pun hadir bagi seluruh keluarga.

Dan, sarimbit juga tidak melulu harus batik. Inspirasi sarimbit dapat diambil dari beragam kain Nusantara. Tenun serta kain sarung khas Makassar yang sedang tren boleh jadi alternatif. Biarkan ayah berbaju koko dengan motif kotak-kotak sarung, bunda berbawahan rok dari kain yang sama, dan anak-anak mengenakan busana dengan sentuhan serupa. Berkat sarimbit, kekompakan keluarga pun kian lekat.

Ikuti Whatsapp Channel Republika