REPUBLIKA.CO.ID, Tidak ada model jilbab yang tidak bisa dibuat. Penata jilbab Shafira House, Emy, menuturkan sudah membuat begitu banyak model jilbab cantik. Emy bahkan tidak bisa menghitung berapa banyak gaya yang sudah dibuatnya.
Kreasi Emy tidak terbatas pada banyaknya kain yang digunakan. Menurut dia, dari sehelai kain saja jilbab gaya sudah bisa dibuat. Model jilbab yang dapat dikerjakannya mencakup jilbab dengan bandana yang menjuntai, lalu dua kain kerudung yang dililit kemudian dihias kalung dari batu di bagian atas kepala serta di lilitan kain, kemudian kain beda warna yang ditumpuk diikat lalu dihias bros.
Perancang busana muslim, Hannie Hananto, mengatakan tren jilbab sangat tergantung pada tren baju. "Volume busana yang membalon tidak lagi tren. Sekarang volume itu cuma terletak di detail tangan, dada, atau rok," terangnya. Berpaku pada tren busana itu, jilbab menjadi cenderung lebih dekoratif.
Saat ini, menurut Hannie, pembeli busana muslim menyukai jilbab yang bagian kepalanya keras. Nah, bagian itu lalu dihiasi bahan lain seperti suede, denim, atau aplikasi kulit. Tren jilbab di Indonesia dianggap Hannie tidak berkembang secara signifikan. Penyebabnya lebih banyak perempuan yang memilih jilbab berbahan kaus.
Tapi, Nuvailiani mempunyai pandangan lain. Penata jilbab itu mengatakan pekembangan jilbab di Tanah Air justru lebih maju dibandingkan perkembangan di negara muslim lain, seperti Mesir atau Malaysia. Menurut dia, banyaknya perancang busana muslim di Indonesia memicu tiap desainer menghasilkan rancangan yang baru dan beda dari yang lain.
"Kalau saya browse atau ngobrol dengan teman-teman di luar negeri, pasti bisa dibandingkan bahwa busana muslim dan jilbab Indonesia berkembang baik dibanding negara lain," katanya. Nuvailia memprediksi tahun ini jilbab yang diminati adalah jilbab yang tidak terlalu rumit tapi dihiasi ornamen seperti bros.