REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Indonesia sudah lama mencanangkan niat menjadi pemain mode yang diperhitungkan di dunia. Untuk mewujudkan berbagai pekan mode pun digelar di Indonesia, terutama di Jakarta.
Pada Indonesia Fashion Week (IFW) yang terselenggara 20 hingga 23 Februari 2014, sebanyak 500 merek dan 160 desainer turut serta. “Ini bukan hanya pera yaan fashion biasa, namun sebuah gerakan terbesar untuk memajukan industri fashion Indonesia dari segala sisi,” ujar Direktur IFW Dina Midiani.
Dina menambahkan, untuk mencapai target menjadi pusat mode dunia, IFW harus berlari cepat. Pasalnya, waktu yang tersisa tinggal 12 tahun lagi menuju tahun 2025. “Jika kita setara dengan kota mode dunia maka kita akan makmur dan sejahtera,” katanya.
Selama empat hari, berbagai pergelaran busana digelar. Ada empat kategori yang membagi acara pergelaran busana, yaitu kasual, busana Muslim, cocktail, dan street wear yang juga memasukkan koleksi busana pria.
Yang juga menarik di ajang IFW 2014, yakni kolaborasi empat brand garmen yang tergabung di Asosiasi Pemasok Garmen dan Aksesori Indonesia (APGAI) dengan empat orang desainer. IFW menyatukan dua kekuatan mode yang berbeda untuk mengeluarkan koleksi kolaborasi. Brand dan desainer yang selama ini berdiri sendiri-sendiri ditantang untuk meleburkan sisi kreativitas dan bisnis untuk menghasilkan produk siap pakai yang mumpuni.
Indonesia Fashion Week 2014 telah menunjukkan komitmennya untuk merangkul semua pihak demi sama-sama mendukung industri mode dalam negeri ke dalam bentuk maksimalnya. Dunia mode pun tidak lagi tampil apik hanya pada kemasan luarnya saja, tapi juga memiliki kearifan dan kepedulian terhadap sosial dan lingkungan. Sudah saatnya bagi Indonesia untuk bersinar. “Ini adalah the biggest fashion movement,” ujar Steering Committe IFW yang juga ketua APPMI, Taruna K Kusmayadi.